Cahaya Ramadhan di Negara Beruang Merah (1)

Red: Hafidz Muftisany

Sabtu 18 Aug 2012 14:43 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi sebagian orang di Indonesia mitos Rusia sebagai negara yang identik dengan atheis mungkin masih melekat. Hal itulah yang kadang masih menyisakan benih-benih keraguan di pikiran mereka bahwa pemandangan beribadah umat muslim pada saat Ramadhan sangat langka di Rusia. Bahkan tidak sedikit yang menganggap tak ada Ramadhan di bekas negara berbendera “Palu Arit” ini.

Padahal kenyataannya yang terjadi tidak demikian. Rusia lambat laun telah menjelma menjadi negara yang memberikan kebebasan beragama dan tumbuh menjadi demokratis. Bahkan Islam di Rusia merupakan agama terbesar kedua setelah agama mayoritas Kristen Ortodoks. Populasinya sekitar 20 juta penduduk atau 14 persen dari sekitar 142 juta seluruh penduduk Rusia.

Keberadaan muslim di Rusia saat ini cukup memiliki posisi penting. Hal itu bisa dilihat pertama kali dalam sejarah Rusia pada tahun 2004, Presiden Vladimir Putin memasukkan menteri dari golongan muslim keturunan Tatarstan (kelompok etnis pemeluk Islam terbesar di Rusia) yang bernama Rasyid Gumarovic Nurgaliev dengan posisi cukup strategis yaitu Menteri Dalam Negeri.

Hal itu menjadi penanda bahwa eksistensi islam diakui. Karena Rusia menganggap Islam sebagai salah satu dari agama-agama tradisional dan secara hukum merupakan bagian dari warisan sejarah negara yang juga mendapat sebutan “Beruang Merah” ini.

Berbagai sumber muslim juga menganggap bahwa Islam adalah agama paling cepat berkembang di Rusia, terhitung sejak tahun 1989 sekitar 12 juta meningkat pesat hingga 40 persen.

Seperti umat muslim pada umumnya,di Rusia umat muslim juga menyambut dan menjalankan ibadah ramadhan dengan  penuh gegap gempita dan khusyuk. Mereka seakan tak mau ketinggalan untuk bereuforia melewati bulan spesial yang hanya datang sekali dalam setahun ini. Beberapa aktivitas muslim di Rusia pada bulan ramadhan bisa kita lihat di beberapa tempat pusat peribadatan seperti di Masjid.

Di Moskow, ibukota Rusia dengan jumlah pemeluk Islam lebih dari 1 juta orang terdapat 4 mechet (masjid) besar yaitu Sabornaya Maskovskaya Mechet (Masjid Kathedral Moskow), Moskovskaya Istoriceskaya Mechet (Masjid Sejarah Moskow), Memorialnaya Mechet Na Pokolonnie Gore (Masjid Memorialnaya di bukit Pakolonnaya), dan Mechet Yardam (Masjid Yardam).

Pada bulan Ramadhan Masjid lebih ramai daripada hari-hari biasanya karena selain meningkatnya aktivitas ibadah(I’tikaf,dzikir, membaca al-qur’an), masjid juga menyediakan makanan untuk berbuka puasa. Bahkan di beberapa masjid mendirikan “Shater Ramadan” ( tenda besar sebagai tempat untuk berbuka puasa bersama) yang dikelola oleh Dewan Mufti Rusia(organisasi ulama di Rusia). Beberapa mesjid bahkan memiliki program di bulan Ramadhan.

Seperti yang dituturkan oleh Najmidin(45), mu’adzin di Masjid Kathedral Moskow, bahwasanya di hari ramadhan selepas sholat dhuhur sekitar pukul 2 siang biasanya mufti (ulama) atau imam masjid memandu untuk mengaji bersama para jama’ah sambil menunggu adzan magrib tiba. Sedangkan di Masjid Memorialnaya pada bulan ramadhan ada program diskusi mengenai kajian islam atau pertunjukan budaya dari beberapa negara islam sebagai ajang silaturahmi untuk mempererat muslim di Rusia.,seperti yang dituturkan oleh Ilgiz Kurbanov(26) salah seorang takmir di masjid itu.

Beberapa peningkatan aktivitas ibadah di bulan Ramadhan inilah yang membuat jama’ah bertumpah ruah. Ditambah pedagang tiban yang menjajakan busana muslim, minyak wangi, dan makanan, menjadikan masjid bertambah semarak. Karima (25) wanita cantik asal Rusia keturunan Tatarstan yang bekerja sebagai sekretaris di Masjid Sejarah Moskow menjelaskan bahwa jumlah jama’ah bisa menjadi dua kali lipat pada saat Ramadhan. Jama’ah pada sholat magrib yang biasanya hanya sekitar 1500-an orang bisa mencapai 3000-an. Begitu juga yang dituturkan oleh Najmidin (45) asal Tajikistan yang menjadi mu’adzin di Masjid Kathedral Moskow, jama’ah magrib yang biasanya hanya berjumlah 300-an orang bisa mencapai 1000-an orang pada bulan ramadhan.

Para jama’ah muslim sebagian besar merupakan para pekerja maupun pelajar yang berasal dari berbagai negara seperti Azerbaijan, Kirgiztan, Turkmenistan, Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, Checnya dan negara pecahan Uni Soviet lainnya, serta negara-negara seperti Timur Tengah (Palestina, Yaman, Yordania, Kuwait dan lain-lain),Turki, Afrika, Malaysia, Indonesia, dan lain-lain.

Beberapa jam sebelum genderang adzan magrib ditabuh biasanya para muslim sudah berjejal memadati halaman masjid. Tampaknya mereka seakan tak kuasa menahan dahaga untuk segera berbuka. Maklum saja, puasa pada musim panas ini memang waktunya sangat lama hampir 19 jam. Rata-rata imsyak pukul 03.00 dan baru menjelang Maghrib pukul 22.00. Pengaruh letak posisi Rusia secara geografis menyebabkan pada musim panas siang lebih panjang daripada malam. Kondisi ini hampir sama di beberapa negara Eropa lainya.

Lucunya ada seorang teman mahasiswa yang mengubah sirkulasi tidurnya untuk menyiasati agar puasa tidak terasa lama. Dirinya baru mulai tidur pagi hari hingga bangun menjelang sore hari. Kebetulan beberapa tahun belakangan ini Ramadhan bertepatan  dengan liburan musim panas.

Oleh Marten Hanura
Mahasiswa Indonesia saat ini sedang menempuh program Master spesialisasi ““Political relations and political process in Russia Modern” di Tulski Gosudarswenni Universitet Russia

Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia