Inilah Makna Mudik dari Sudut Antropolog

Red: Didi Purwadi

Kamis 16 Aug 2012 00:50 WIB

 Salah seorang pemudik motor dengan anggota keluarganya. Foto: Antara/Noveradika Salah seorang pemudik motor dengan anggota keluarganya.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Antropolog Pater Dr Gregorius Neonbasu berpendapat makna mudik bagi umat Muslim adalah sesuatu yang luhur dan terpuji. Karena, setiap manusia diingatkan untuk kembali ke akar kehidupanya.

"Secara budaya, mudik adalah gerakan kembali ke kampung halaman. Itu merupakan sesuatu yang luhur dan terpuji karena setiap orang diingatkan untuk kembali ke akar kehidupanya yang sangat hakiki," kata Pater ketika dimintai komentarnya soal mudik dalam perspektif antropologi sosial dan budaya.

Dalam perspektif budaya, mudik adalah sebuah trend untuk mengingatkan orang akan dasar kehidupan setiap manusia pada keluarga, orang dekat, leluhur dan tanah kelahiran atau tanah asal.

"Pekerjaan yang serba menyenangkan di kota selalu tidak menjadi alasan bagi warga untuk kembali ke kampung asal dan tempat dari mana mereka memperoleh inspirasi untuk menyusun strategi hidup baru," katanya.

Sementara secara antropologis, katanya, mudik ini berkaitan dengan tata kehidupan manusia bahwa seusai sebuah perjuangan, dalam hal ini selama puasa Bulan Ramadhan, warga berduyun-duyun pergi ke tempat asal untuk merayakan pesta kemenangan bersama keluarga dan handai taulan.

"Jadi gerakan kembali ke tempat asal merupakan sebuah tren antropologis untuk pergi berjumpa dengan sumber kehidupan yang selama ini menopang kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat luas," katanya. "Perasaan selalu ada dalam hati dan budi warga untuk pergi dari keramaian agar bisa berjumpa dengan akar kehidupan yakni keluarga dan leluhur.''

Terpopuler