REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE---Ada yang unik dalam ajang buka bersama yang diselenggarakan oleh Australian Intercultural Society (AIS). Mereka sengaja mengadakan acara ini untuk kaum non-Muslim. Digelar setiap dua minggu sekali di hotel berbintang, ajang ini ternyata bertujuan untuk memperkenalkan Islam dan ibadah Ramadhan.
Dalam buka bersama (bukber) yang diselenggarakan oleh media Special Broadcasting Service (SBS) di Hotel Sofitel, Melbourne pekan lalu, mereka yang datang adalah pemimpin komunitas, pemimpin keagamaan, politisi, dan pejabat daerah di negara bagian Victoria.
Bagi mereka yang baru pertama kali menghadiri bukber wajah mereka tampak tegang. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, takut menyinggung saat menunggu adzan magrib. Namun pastur dan Rabi, atau pendeta Yahudi, justru tampak akrab dengan masyarakat muslim lainnya karena mungkin telah mengetahui pengalaman bukber.
Tidak seperti bukber di masjid atau di komunitas, yang biasanya harus antre untuk mendapatkan makanan atau duduk bersila bersama sambil menunggu azan, sore itu, tamu yang datang duduk di meja bersama delapan orang lainnya.
Layaknya makan di hotel berbintang, gelas dan piring tertata rapi di meja termasuk juga sendok, garpu dan pisau. Bedanya, tidak ada gelas wine.
Acara Iftar ini juga dihadiri oleh Ted Balliue, premier negara bagian Victoria, pejabat tertinggi di negara bagian ini. Jelas ini adalah simbol bahwa Islam sudah diterima sebagai bagian dari keberagaman masyarakat Victoria. Pemerintah negara bagian Victoria menyediakan dana sebesar 20 juta dolar AS atau sekitar 200 miliar untuk kegiatan yang mendorong kehidupan multikultural, termasuk buka bersama atau iftar.