Sstt..tak Boleh Marah Saat Puasa, Ini Hikmahnya (2-habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Hafidz Muftisany

Jumat 13 Jul 2012 10:53 WIB

marah marah

REPUBLIKA.CO.ID, Dengan begitu energi pun dikeluarkan tanpa rasionalisasi. Pun jika melebihi jumlah normal, beberapa glukosa juga akan hilang bersamaan dengan urin (air kencing), sehingga tubuh lebih lanjut akan kehilangan banyak energi vital penting tan­pa ada manfaat yang bisa dirasakan.

Akhirnya tubuh terpaksa menggu­nakan energi dari asam lemak yang sebagian bcsarnya telah dioksidasi pengoksidasian. Ini bisa rentan melahirkan zat-zat keton yang berbahaya di dalam darah.

Drastisnya kenaikan adrenalin dalam darah akan bekerja mengeluarkan air dalam jumlah besar dari tubuh melalui diuresis. Saat marah dan tegang, tingkat metabolisme dasar (base metabolic rate) juga akan naik, seiring dengan kenaikan adrenalin dan ketegangan otot.

Bagi sebagian orang yang memiliki gejala penyakit jan­tung, lonjakan adrenalin juga bisa menyebabkan serangan jantung atau kematian mendadak akibat tingginya tekanan darah dan tingginya tingkat kebutuhan otot jantung terhadap oksigen, seiring dengan pertambahan kecepatannya.

Selain itu, kemarahan pun bisa menyebabkan serangan otak bagi penderita hipertensi dan arteriosklerosis (penyempitan atau pengerasan pembuluh nadi).

Tidak hanya itu, kenaikan adrenalin akibat tekanan psiko­logis sewaktu marah dan tegang bisa menambah pemben­tukan kolestrol dari lemak protein berkepadatan rendah (lihat gambar) yang selama puasa terkadang naik, dan ini telah ter­bukti memiliki kaitan erat dengan penyakit arteriosklerosis.

Karena alasan yang telah diketahui dan belum diketahui inilah, Nabi SAW berpesan kepada orang yang menjalankan puasa untuk tenang, tidak ribut (berteriak-teriak), cepat emosi, atau bertengkar dengan orang lain