Sstt..tak Boleh Marah Saat Puasa, Ini Hikmahnya (1)

Rep: Hannan Putra/ Red: Hafidz Muftisany

Jumat 13 Jul 2012 10:10 WIB

Pemarah (ilustrasi). Foto: pr0j3ct.cghub.com Pemarah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID,Ibadah puasa tidak hanya menahan diri dari haus dan lapar, namun sejatinya adalah menahan diri dari perilaku yang tidak baik. Oleh sebab itu, orang yang sedang berpuasa dilarang bertengkar, berkata-kata yang tidak baik, dan lain sebagainya.

Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: "Jika salah seorang kalian berpuasa, maka hendaklah ia tidak berkata atau berbuat jorok dan berteriak-teriak (gaduh). Kemudian jika ada seseorang yang memaki-maki atau menantangnya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan: saya sedang puasa!" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ketika seseorang sedang puasa diamuk amarah, emosi dan ketegangan, maka sekresi adrenalin dalam darahnya akan meningkat tajam. Bahkan jumlahnya bisa mencapai 20 atau 30 kali lipat dari angka rata-rata saat marah besar atau terlibat perkelahian (di luar puasa).

Jika ini terjadi pada permulaan hari puasa, saat pencernaan dan absorbsi, maka proses pencernaan makanan dan penyerapannya pun akan terganggu. Hal itu dikarenakan adrenalin bekerja mengendurkan otot-otot pelembut di dalam sistem pencernaan, memperkecil kontraksi kantong empedu, menyempitkan pembuluh darah periferal dan meluaskan pembuluh darah koroner, disamping meningkatkan tekanan darah arterial, dan menambah volume darah yang mengalir ke jantung dan jumlah detakannnya.

Jika kemarahan dan pertengkaran terjadi pada tengah atau sore hari, saat fase pasca-absorbsi, maka sisa cadangan gliko­gen vang tersimpan di dalam liver akan mencair, protein tu­buh akan terkonversi menjadi asam amino, dan banyak asam amino yang akan teroksidasi.

Semua ini akan menaikkan tensi glukosa di dalam darah. Kemudian glukosa tersebut akan di­bakar agar bisa menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk bertengkar dan marah.