REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--- Pengunjung kebon binatang (bonbin) Ragunan yang membawa kendaraan bermotor kehabisan lahan parkir. Penduduk sekitar bonbin Ragunan pun insiatif membuka lahan parkir tambahan. Kondisi ini sudah terjadi sejak tahun 1980an.
"Kita memang tidak kerjasama langsung sama Ragunan, tapi kita lihat mereka kekurangan lahan ya kita buka," kata M.Zein (30 tahun), tukang parkir kepada Republika (3/9).
Para tukang parkir yang berjaga sebagian besar penduduk Ragunan. Sebagian lagi merupakan penduduk Ciilandak, Depok, Cimpedak, dan Jagakarsa. Lahan yang dipakai untuk parkir diantaranya lapangan, toko, dan terminal bis.
Salah satu terminal bis yang dipakai salah satunya untuk Metromini 610 dan Kopaja 612. Dalam satu hari ada sekitar 500 motor yang parkir di sini. Selain lahannya luas, lokasinya strategis dekat dengan pintu barat.
"KemarIn dapAt sampai rP 1,4 juta," kata Pandy, mahasiswa Moestopo yang sengaja ikut jadi tukang parkir. Selain mahasiswa ada wirausaha, supir bis, pedagang, pengajar dan penjaga toko.
Ada dua wilayah parkir tambahan, atas dan bawah. Tarif yang ditetapkan sama, Rp.5.000 per motor. Pemilik motor bebas menitipkan motornya mulai dari jam 9 pagi hingga maghrib.
Pemilik lahan akan menarik setoran tiap hari, tergantung pemasukan. Rata-rata setoran sekitar 300 ribu rupiah. Tukang parkir musiman ini juga mengambil uang parkir untuk makan dan minum selama bertugas. Mereka juga membayar uang keamanan sebesar 300 ribu pe hari. Sisa setoran dibagi untuk tujuh sampai sembilan orang.
"Parkir kayak gini paling dua tahun sekali, lebaran dan Idul Fitri," kata Pandy. Meski tidak resmi, para tukang parkir dadakan ini juga meminta pengunjung memperlihatkan STNK. Jika tidak bisa, maka mereka akan mencatat nomor kendaraan dan biodata pemilik. Menurut Pandy, belum ada tidak kriminal yang terjadi di parkiran ini.