Tahun Ini Timur Tengah Hadapi Ramadhan Terpanas

Red: Karta Raharja Ucu

Rabu 25 Jul 2012 21:28 WIB

Matahari (ilustrasi) Foto: jizzflame.blogspot.com Matahari (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Dalam tiga dekade terakhir, Ramadhan tahun ini sepertinya menjadi bulan puasa dengan suhu terpanas. Di wilayah Timur Tengah, dari kawasan Maroko membentang hingga Afghanistan, suhu udara benar-benar 'membakar'.

Entah karena perubahan musim yang mulai kacau, atau memang Ramadhan kali ini bertepatan dengan musim panas. Ynet melaporkan, umat muslim di kawasan Timur Tengah akan melaksanakan shaum selama 14 jam di waktu terpanas sepanjang tahun ini. Itu belum seberapa. Sebab, umat muslim di Irak, Pakistan dan sebagian Jalur Gaza, Palestina mendapat ujian lebih berat lantaran termasuk daerah konflik.

Rata-rata suhu di wilayah tersebut mencapai 40 derajat celcius di waktu siang. Alasan itu membuat pemerintah setempat memperingatkan warganya untuk lebih bersabar. Warga Maroko dikabarkan mengatur ulang jam mereka, sehingga mereka percaya waktu berbuka menjadi lebih cepat.

Sementara Pemerintah Pakistan berjanji akan mengurangi pemadaman listrik setiap hari. Mereka juga mengurangi jam kerja pegawai negeri dan mengizinkan PNS pulang lebih cepat.

“Tidak ada pilihan, kami memang harus menghadapi panas ini,” ujar pekerja bangunan di Kota Gaza, Jalal Qandil.

Ayah lima anak ini mengaku harus bekerja demi keluarganya. “Kalau aku tidak bekerja, kami tidak akan makan Ramadhan ini, semoga Allah membantu kami,” sebutnya.

Sedangkan otoritas agama di Uni Emirat Arab (EUA) mengizinkan para pegawai untuk tidak bekerja dan berdiam diri di rumah, jika suhu udara melebihi 50 derajat celcius. Dari Israel, pekerja jalanan bernama Umm al-Fahm mengaku terpaksa cuti selama Ramadhan. “Saya memilih cuti karena tidak bisa bekerja dan puasa dalam kondisi terik seperti sekarang,” imbuh dia.