REPUBLIKA.CO.ID, KUANTAN -- Negara bagian Malaysia, Pahang memiliki sebuah mesin penghancur sisa-sisa makanan. Inisiatif sederhana ini bertujuan mengurangi pemborosan, terutama selama bulan suci Ramadhan di mana banyak sekali sisa-sisa makanan yang dibuang setiap harinya.
Dilansir dari Arab News pada Senin (8/4/2024), masyarakat negeri Pahang dapat membuang sisa-sisa makanan mereka ke mesin. Mesin tersebut kemudian mengubah sisa makanan menjadi pupuk organik untuk tanaman.
Mesin keliling telah dikerahkan di sebuah taman di kota Kuantan selama bulan Ramadhan, di mana banyak keluarga berkumpul setiap malam untuk menikmati hidangan lokal murah setelah seharian puasa.
“Mesin tersebut mampu memproses 25 kilogram sisa makanan dalam sehari,” kata Direktur negara bagian Solid Waste and Public Cleansing Management Corporation, Sharudin Hamid, yang memulai proyek percontohan tahun lalu.
Jumlah tersebut hanyalah sebagian kecil dari 13 ribu ton makanan yang dikirim ke tempat pembuangan sampah di seluruh negara mayoritas Muslim setiap hari, bahkan lebih banyak lagi selama Ramadhan. Namun, Sharudin mengatakan hal ini membantu meningkatkan kesadaran tentang pemborosan makanan.
"Tujuan utamanya adalah untuk memastikan limbah tidak dibuang ke tempat pembuangan sampah. Hal ini memberikan dampak yang signifikan bagi kami, karena orang-orang menjadi lebih sadar akan konservasi lingkungan, terutama dalam hal pengurangan limbah makanan," kata Sharudin.
Sisa makanan dibuang ke dalam mesin di mana mereka perlahan-lahan dicampur dengan sekam padi dan serbuk gergaji selama 48 jam. Limbah berwarna kecokelatan kemudian dikemas dan diberikan kepada petani untuk digunakan sebagai pupuk pada tanaman mereka.
“Hal-hal yang tumbuh dari pupuk itu juga bisa menjadi makanan, yang sekali lagi bisa dijadikan kompos. Jadi ada siklus alami,” kata Abdul Shukor Mohamad Salleh (27 tahun) saat dia membeli makanan lezat lokal di pasar makanan Ramadhan di Kuantan.
Di lahan kecilnya di dekat kota, Zulyna Mohamed Nordin (53) menyemprotkan pupuk cair organik yang berasal dari limbah makanan daur ulang pada tanaman sayuran, pisang, dan nanasnya.
Dia menerima 30 kilogram pupuk setiap bulan dan sedikit lebih banyak selama Ramadhan. “Saya telah menghilangkan penggunaan input kimia yang mahal sejak Juni tahun lalu. Ini alami, organik, dan meningkatkan produktivitas,” kata Zulyna.
"Sayuran berdaun saya lebih besar dan lebih hijau,” ujarnya.