Risalah Ukhuwah Ulama Turki di Momen Idul Fitri

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 11 Apr 2024 19:30 WIB

Jamaah Tarekat Syattariyah melaksanakan shalat Idul Fitri 1445 H di Masjid Agung Syekh Burhanuddin, Ulakan, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Kamis (11/4/2024). Jamaah Syattariyah di Padang Pariaman menetapkan 1 syawal 1445 Hijriah sehari setelah waktu yang ditetapkan pemerintah yakni pada Kamis (11/4) yaitu memakai hitungan bilangan takwim qamsyiah dan melihat hilal (bulan) dengan mata telanjang sesuai tradisi turun-temurun. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra Jamaah Tarekat Syattariyah melaksanakan shalat Idul Fitri 1445 H di Masjid Agung Syekh Burhanuddin, Ulakan, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Kamis (11/4/2024). Jamaah Syattariyah di Padang Pariaman menetapkan 1 syawal 1445 Hijriah sehari setelah waktu yang ditetapkan pemerintah yakni pada Kamis (11/4) yaitu memakai hitungan bilangan takwim qamsyiah dan melihat hilal (bulan) dengan mata telanjang sesuai tradisi turun-temurun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi menulis sebuah risalah tentang ukhuwah atau rasa persaudaraan di kalangan umat Islam. Risalah ini sangat penting disampaikan di Hari Raya Idul Fitri 1445 H. Karena, hari besar Islam ini merupakan momentum untuk mempererat ukhuwah.

Dalam karyanya yang berjudul al-Maktubat, Nursi pun mengajak orang-orang beriman untuk menjalin rasa persaudaraan dan mencintai di antara sesama. Allah SWT berfirman:

Baca Juga

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Oleh karena itu, damaikanlah kedua saudaramu”. (QS. al-Hujurat [49]: 10).

ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ

“Tolaklah (perbuatan buruk) dengan perbuatan yang lebih baik sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan menjadi seperti teman yang setia.” (QS. Fushshilat [41]: 34).

Dalam surat Alquran yang lain, Allah juga berfirman:

وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Dan (termasuk orang bertakwa) orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 134).

Nursi mengatakan, fanatisme, keras kepala, dan kedengkian yang menyebabkan perpecahan, kebencian, dan permusuhan di antara orang-orang yang beriman adalah suatu keburukan dan kezaliman. Sifat-sifat itu tidak dapat dibenarkan dalam pandangan hakikat dan hikmah.

"Ia tidak sesuai dengan ajaran Islam, yang merupakan representasi dari spirit kemanusiaan yang agung," ujar Nursi.

Di samping itu, sifat-sifat permusuhan itu bisa menghancurkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan maknawi. Bahkan, itu merupakan racun mematikan bagi kehidupan seluruh umat manusia.

Terpopuler