Tradisi Silaturahim Lebaran, Ketua MUI Ingatkan Umat tak Pamer Harta

Rep: Muhyiddin/ Red: Gita Amanda

Rabu 10 Apr 2024 06:01 WIB

 Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, Prof KH Asrorun Niam Sholeh pun mengingatkan kepada umat Islam agar tidak melakukan flexing (pamer) saat melakukan silaturahim.  (ilustrasi) Foto: Republika/Thoudy Badai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, Prof KH Asrorun Niam Sholeh pun mengingatkan kepada umat Islam agar tidak melakukan flexing (pamer) saat melakukan silaturahim. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat merayakan lebaran Idul Fitri, umat Islam di Indonesia memiliki tradisi silatirahim dan bermaaf-maafan dengan mendatangi rumah sanak famili atau tetangga. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, Prof KH Asrorun Niam Sholeh pun mengingatkan kepada umat Islam agar tidak melakukan flexing (pamer) saat melakukan silaturahim. 

“Jangan sampai silaturahmi, kemuliaan itu berdampak pada flexing, pamer harta,” ujar Kiai Niam saat menghadiri Sidang Isbat di Kantor Kemenag, Jakarta Pusat, Selasa (9/4/2024) malam. 

Baca Juga

Menurut dia, Idul Fitri merupakan momentum yang tepat untuk mempersatukan kebersamaan dan rasa cinta kasih. Dengan melakukan flexing atau ajang pamer harta, makan akan membuat cinta kasih yang seharusnya tumbuh ketika Idul Fitri justru berubah. 

Dalam cakupan yang lebih luas, perayaan Idul Fitri ini juga perlu dimaknai sebagai momen rekonsiliasi nasional pasca-Pemilu 2024. “Jangan menyimpan dendam dan pembangunan itu menjadi komitmen bersama. Saatnya semua bersama-sama membangun bangsa, sesuai dengan kompetensinya,” ucap dia.

Kiai Niam mengatakan, perayaan Idul Fitri yang dilaksanakan secara bersama ini merupakan Amul Jamaah yakni tahun kebersamaan dan persaudaraan. “Membangun rekonsiliasi nasional untuk bersama-sama membangun bangsa. Saatnya mengedepankan kebersamaan dan titik temu serta menurunkan ego,” kata dia.

Guru Besar Ilmu Fikih UIN Jakarta ini mengajak seluruh elemen bangsa untuk melupakan segala perbedaan. Hal ini semata-mata untuk kepentingan persatuan nasional. “Persatuan dan persaudaraan adalah modal dasar kita untuk mewujudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” jelas Pengasuh Ponpes An-Nahdlah Depok ini. 

Terpopuler