Muhammadiyah Harap Ramadhan Tingkatkan Kualitas Ketakwaan

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ani Nursalikah

Ahad 07 Apr 2024 14:29 WIB

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir (tengah), di Kantor Pusat PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Sabtu (6/4/2024). Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir (tengah), di Kantor Pusat PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Sabtu (6/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP Muhammadiyah) Haedar Nashir menilai ibadah puasa Ramadhan tidak sekadar mengubah waktu makan, tapi juga diharapkan meningkatkan kualitas kepribadian yang bertakwa. Ia juga berharap ibadah puasa Ramadhan dapat mewujudkan pribadi yang selalu dekat kepada Allah SWT.

"Dari situ terpancar kesalehan pribadi, kesalehan dalam kehidupan keluarga, kesalehan dalam kehidupan Masyarakat bangsa dan negara bahkan kesalehan dalam kehidupan antarbangsa," kata Haedar di Kantor Pusat PP Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (6/4/2024).

Baca Juga

PP Muhammadiyah sebelumnya telah lebih dahulu menetapkan Idul Fitri 1445 H  jatuh pada Rabu 10 April 2024. Meski demikian, Muhammadiyah tetap menghormati jika ada perbedaan.

Haedar berharap masyarakat tidak perlu bingung terkait dengan penetapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H jika nanti pelaksanaannya sama, namun awal Ramadhan berbeda.

"Kami harapkan masyarakat tidak perlu bingung, Ramadhannya beda tapi Idul Fitrinya sama, karena ada perbedaan cara penetapan," ucap Haedar.

Untuk menyatukan dan menyelesaikan masalah perbedaan ini, Haedar menuturkan Muhammadiyah saat ini sedang mengkampanyekan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT). Menurutnya KHGT ini diharapkan tidak hanya berlaku untuk Indonesia saja, melainkan juga untuk umat Islam di seluruh dunia. Sehingga perbedaan-perbedaan yang terjadi tidak terulang kembali pada masa mendatang.

Tidak hanya itu, KHGT merupakan jawaban Muhammadiyah atas utang peradaban yang dimiliki oleh Islam. "Sehingga nanti satu tanggal baru itu berlaku untuk di semua negara. Seperti kalender masehi yang tidak ada perbedaan," tuturnya.

Ia mengatakan jika masih terus menggunakan kalender sesuai dengan negara masing-masing, maka besar kemungkinan masih akan terus terjadi perbedaan dalam menentukan waktu-waktu penting umat Islam.

Terpopuler