Makna Baju Baru di Hari Raya Idul Fitri

Rep: mgrol151/ Red: Erdy Nasrul

Rabu 10 Apr 2024 00:35 WIB

Pembeli memilah pakaian muslim di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (6/3/2024). Menjelang bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah, pedagang busana muslim dan muslimah di Pasar Tanah Abang mengalami kenaikan omset hingga 50 persen. Para pengunjung mulai berburu busana muslim seperti gamis, baju koko, kopiah, sarung dan sejadah untuk menyambut bulan Ramdhan. Foto: Republika/Thoudy Badai Pembeli memilah pakaian muslim di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (6/3/2024). Menjelang bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah, pedagang busana muslim dan muslimah di Pasar Tanah Abang mengalami kenaikan omset hingga 50 persen. Para pengunjung mulai berburu busana muslim seperti gamis, baju koko, kopiah, sarung dan sejadah untuk menyambut bulan Ramdhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari raya Idul Fitri tinggal menghitung hari, setiap umat Muslim yang sudah menunaikan puasa Ramadhan tidak bersabar untuk menyambut perayaan Idul Fitri dengan berbagai tradisi. Mulai dari tradisi Tunjangan Hari Raya (THR), menggunakan baju baru, menyiapkan cemilan, dan masak makanan yang identik dengan hari raya. 

Tradisi memakai baju baru pada hari raya Idul Fitri memiliki makna simbolis yang dalam. Baju baru merupakan lambang kesegaran dan kebersihan, serta merupakan wujud dari kesyukuran dan kebahagiaan atas kemenangan spiritual yang diraih setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan. 

Baca Juga

Memakai baju baru juga merupakan bentuk perayaan dengan cara yang istimewa. Namun, penting untuk diingat bahwa makna dari tradisi ini tidak hanya terletak pada baju baru itu sendiri, tetapi juga pada kesadaran akan nikmat dan keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT.

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

كَانَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُبَّةٌ يَلْبَسُهَا لِلْعِيْدَيْنِ وَيَوْمِ الجُمُعَةِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki jubah khusus yang beliau gunakan untuk Idul Fitri dan Idul Adha, juga untuk digunakan pada hari Jumat. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahih-nya, 1765).

Melalui hadis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Rasulullah memakai pakaian khusus untuk digunakan ketika hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Menggunakan baju baru diperbolehkan, namun harus memperhatikan kondisi keuangan jangan sampai memaksakan membeli baju baru ketika tidak memiliki keuangan yang cukup. 

Di sisi lain, tradisi hidangan makanan mewah pada hari raya Idul Fitri juga seringkali menjadi sorotan dalam perayaan ini. Hidangan-hidangan yang lezat dan mewah dianggap sebagai bagian integral dari merayakan kemenangan spiritual dan kebahagiaan bersama keluarga dan kerabat. Namun, perlu diingat bahwa meskipun makanan yang lezat adalah nikmat dari Allah SWT yang patut disyukuri, berlebihan dalam konsumsi makanan mewah bisa menyebabkan pemborosan dan tidak mengingat mereka yang kurang mampu.

Guru Besar Sejarah Kebudayaan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jajang Jahroni mengatakan, perayaan hari raya Idul Fitri tidak harus menggunakan baju yang baru. Menurutnya, menggunakan pakaian yang sederhana juga masih bisa mengikuti hari raya Idul Fitri.

“Tidak harus menggunakan baju yang baru,” katanya, Rabu (3/ 4).

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Terpopuler