Jelang Arus Mudik, Moeldoko: Tragedi Brexit tidak Boleh Terjadi Lagi

Red: Bilal Ramadhan

Selasa 02 Apr 2024 16:17 WIB

Foto aerial suasana exit tol Brebes Timur, Jawa Tengah. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko minta Tragedi Brexit jangan sampai terulang lagi. Foto: Oky Lukmansyah/ANTARA FOTO Foto aerial suasana exit tol Brebes Timur, Jawa Tengah. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko minta Tragedi Brexit jangan sampai terulang lagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan tragedi kemacetan parah di pintu keluar Tol Brebes Timur atau Brebes Exit (Brexit) pada 2016, tidak boleh terjadi lagi.

Dengan 17 korban dilaporkan meninggal dunia akibat terjebak kemacetan selama puluhan jam di tol pertama Trans Jawa itu, kata dia, Brexit menjadi momen terburuk dalam sejarah tradisi mudik di Indonesia.

Baca Juga

“Pengalaman Brexit 2016 itu tidak boleh lagi terjadi. Semua kementerian dan lembaga sudah siap (mengantisipasi), tetapi masyarakat juga harus siap menghadapi situasi,” kata Moeldoko dalam konferensi pers Kesiapan Pemerintah Menghadapi Risiko Bencana Hidrometeorologi yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa (2/4/2024).

Menurut dia, pemerintah telah menyiapkan pelayanan terbaik bagi masyarakat menjelang arus mudik dan balik Lebaran, termasuk untuk menghadapi risiko bencana hidrometeorologi.

Namun Moeldoko menggarisbawahi pentingnya upaya membangun kesiapsiagaan dan kewaspadaan masyarakat untuk menghadapi kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan selama perjalanan.

“Sangat penting untuk sedia payung sebelum hujan. (Masyarakat) perlu menyiapkan makanan, minuman, mobilnya disiapkan, BBM juga harus penuh. Jangan sampai ada kemacetan nanti tidak siap,” kata Moeldoko.

Ia berharap tradisi mudik tahun ini benar-benar dapat dinikmati oleh masyarakat sesuai dengan tagline “Mudik Ceria Penuh Makna”. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan 193 juta lebih warga akan mudik Lebaran, naik 60 persen dibanding tahun 2023 yang sebanyak 123 juta pemudik.

Dari jumlah itu pemudik dari area Jabodetabek diprediksi mencapai 28 jutaan. Jutaan pemudik bakal melakukan perjalanan dengan multimoda, baik transportasi umum (darat, laut, udara) maupun kendaraan pribadi, termasuk pemudik dengan sepeda motor.

Menurut anggota Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Tulus Abadi, beberapa hal harus diwaspadai dan bisa dilakukan pemudik. Pertama, mudik lebih awal sebagai pilihan paling ideal, khususnya untuk menghindari arus puncak mudik yang diperkirakan terjadi pada H-4, Sabtu 6 April 2024.

Kedua, kecelakaan di jalan tol, terutama kecelakaan yang mengakibatkan kefatalan yakni cacat tetap atau meninggal dunia. Perlu diingat lebih dari 70 persen kecelakaan di jalan tol adalah faktor manusia, misalnya mengantuk. Selain itu aspek keandalan kendaraan, terutama ban pecah. Karena itu, kata dia, harus dipastikan kondisi sopir sehat dan cukup istirahat.

Selain ia mengingatkan jangan menggunakan ban gundul atau vulkanisir karena risikonya tinggi. Banyak kasus kecelakaan di jalan tol karena dipicu fenomena aquaplaning yakni manakala ban tidak bisa mencengkeram dengan kuat karena jalanan yang basah atau karena bannya gundul.

Apalagi, menurut prediksi BMKG, prosesi mudik akan diwarnai fenomena cuaca ekstrem. Ketiga, saldo kartu pemudik harus cukup. Ketika saldo kurang, otomatis ada waktu jeda bagi pengguna untuk mengisi saldo kartu tol sehingga dapat memicu kemacetan panjang.

Karena itu pemudik harus memastikan saldo kartu tolnya cukup, apalagi saat ini beberapa ruas jalan tol di Trans-Jawa sudah mengalami kenaikan tarif, mulai ruas Jakarta-Cikampek sampai ruas Surabaya-Gresik. Pengguna harus mengisi (top-up) kartu tolnya, setidaknya 30-40 persen dari tarif semula, untuk mengantisipasi kekurangan saldo.

Terpopuler