Mau Mudik? Ini Hari dan Waktu yang Disunnahkan Bepergian

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Erdy Nasrul

Senin 01 Apr 2024 18:51 WIB

Sejumlah pemudik menunggu kedatangan kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/4/2024). Hari ini sejumlah penumpang mulai memadati Stasiun Pasar Senen, untuk menuju ke kampung halaman dalam menyambut Idulfitri. Walaupun mulai padat, namun situasi masih kondusif. Sejumlah calon penumpang memilih mudik lebih awal untuk menghindari kepadatan jelang Lebaran Idul Fitri 1445 H. Presiden Joko Widodo mengimbau masyarakat untuk mudik Lebaran tahun ini lebih awal, Diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah pemudik dengan total sekitar 190 juta orang atau meningkat 56 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Foto: Republika/Prayogi Sejumlah pemudik menunggu kedatangan kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/4/2024). Hari ini sejumlah penumpang mulai memadati Stasiun Pasar Senen, untuk menuju ke kampung halaman dalam menyambut Idulfitri. Walaupun mulai padat, namun situasi masih kondusif. Sejumlah calon penumpang memilih mudik lebih awal untuk menghindari kepadatan jelang Lebaran Idul Fitri 1445 H. Presiden Joko Widodo mengimbau masyarakat untuk mudik Lebaran tahun ini lebih awal, Diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah pemudik dengan total sekitar 190 juta orang atau meningkat 56 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Setiap orang pasti melakukan bepergian jauh dalam hidupnya entah itu untuk urusan pekerjaan atau keluarga. Jika keperluannya tidak mendesak biasanya mereka berangkat bepergian mencari hari dan waktu yang nyaman. 

Islam mempunyai tuntunan melalui apa yang diajarkan Rasulullah saw tentang adab bepergian. Dan disunnahkan jika ingin maka keluar pada hari Kamis dan pergi di permulaan siang hari menurut Imam Abu Zakariya Yahya bin Syarif An-Nawawi Ad-Dimasyqi dalam bukunya "Kitab Adab Tidur, Kitab Salam dan Kitab Adab Safar".

Baca Juga

Ia mengutip hadis, dari Ka'ab bin Malik r.a bahwasanya Nabi saw keluar pada hari peperangan Tabuk pada hari Kamis. Beliau saw itu memang suka sekali keluar bepergian pada hari Kamis." (Muttafaq 'alaih).

Kemudian riwayat kedua dalam kitan Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan: "Niscayalah sedikit sekali yakni jarang benar Rasulullah saw itu keluar bepergian, melainkan pada hari Kamis."

Dan dari Shakhr bin Wada'ah al-Ghamidi as-Shahabi r.a bahwasanya Rasulullah saw bersabda: "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada umatku pada waktu pagi harinya." Rasulullah saw apabila hendak mengirimkan suatu pasukan yang Beliau saw sendiri tidak menyertainya yakni diberangkatkan di permulaan siang hari, jadi pagi-pagi sekali. Shakr adalah seorang pedagang. Ia mengirimkan dagangannya itu selalu di permulaan siang hari, maka menjadi kayalah ia dan meluaplah serta banyaklah hartanya. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi mengatakan bahwa itu adalah hadis hasan.

Dalam bepergian, Islam juga mengajarkan apa yang perlu dilakukan selain yang disebutkan di atas. Misalnya dalam berkendara, dianjurkan untuk memantapkan niat dan berdoa sebagaimana dicontohkan Rasulullah saw.

Imam Abu Zakariya mengungkapkan apa yang dibaca Rasulullas saw ketika menaiki kendaraan. Dari Ibnu Umar ra bahwasanya Rasulullah saw apabila berada di atas punggung untanya untuk keluar bepergia beliau itu bertakbir dulu sebanyak tiga kali kemudian mengucapkan yang artinya

"Maha Suci Zat Allah yang menundukkan kendaraan ini pada kita dan kita tidak kuasa mengendalikannya, melainkan dengan pertolongan Allah. Dan sesungguhnya kita akan kembali kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya kita memohonkan kepadaMu dalam bepergian kita ini akan kebajikan dan ketakwaan, juga apa-apa yang Engkau ridhai dari amal perbuatan. Ya Allah, mudahkanlah segala sesuatu untuk kita dalam bepergian kita ini dan lipatlah-dekatkanlah-mana-mana yang jauh. Engkau adalah kawan dalam perjalanan, pengganti yang mengawas-awasi-dalam keluarga. Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu dari kesukaran perjalanan, kesedihan pandangan dan buruknya keadaan ketika kembali, baik mengenai harta, keluarga, ataupun anak." Selanjutnya apabilai Rasulullah saw kembali lalu mengucapkan kalimat-kalimat di atas itu pula dan menambahkan dengan ucapan yang artinya, "Kita telah kembali, kita semua bertaubat-kepada Allah, menyembah kepada Tuhan kita serta mengucapkan puji-pujian pada-Nya." (HR Muslim).

Terpopuler