Ciri-Ciri Orang yang Meraih Lailatul Qadar

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 28 Mar 2024 03:45 WIB

Jamaah membaca Alquran saat beritikaf di Masjid Istiqlal, Jakarta. Foto: Republika/Thoudy Badai Jamaah membaca Alquran saat beritikaf di Masjid Istiqlal, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malam lailatul qadar adalah malam istimewa yang ada pada bulan ramadhan. Kehadirannya sangat dinanti-nantikan dan semua umat Islam ingin meraihnya. Tetapi, tak ada yang mengetahuinya siapa yang mendapatkan lailatul qadar tersebut.

Ahli tafsir Alquran Prof Quraish Shihab dalam bukunya Menjawab ?...1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui menjelaskan memang tak ada yang bisa mengira tentang siapa yang meraih lailatul qadar. Namun, menurut Prof Quraish tanda yang paling jelas bahwa orang itu mendapatkan lailatul qadar yakni yang berkaitan dengan sikap dan perilaku keseharian.

Baca Juga

Prof Quraish menjelaskan lailatul qadar dilukiskan sebagai salam kedamaian sampai terbitnya fajar. Dan ini menjadikan orang yang mendapatkannya hatinya dipenuhi dengan kedamaian dan ketenteraman. Sehingga hal tersebut mengantar orang yang meraih lailatul qadar dari ragu menjadi yakin, dari kebodohan kepada ilmu, khianat kepada amanat, riya' kepada ikhlas dan sombong kepada tahu diri.

Prof Quraish menambahkan malaikat-malaikat turun pada malam lailatul qadar. Karena itu mereka yang meraihnya sikapnya akan selalu mengarah kepada kebaikan. Sebab disitu ada bimbingan dari malaikat. Tanda-tanda itu, kata Prof Quraish, dapat dijadikan tanda bahwa seseorang mendapatkan lailatul qadar.

Prof Quraish mengatakan cara meraih lailatul qadar yakni dengan giat mendekatkan diri kepada Allah dan menjalankan segala kebajikan. Menurutnya, kebajikan yang dimaksud bukan sekadar rajin membaca Alquran, itikaf dan ibadah ritual lainnya. Tetapi menambah kebajikan sosial, dan meningkatkan ilmu pengetahuan.

Kemudian, seseorang dianjurkan agar mengisi diri dengan akhlak mulia. Lalu, membersihkan diri dari penyakit jiwa seperti iri, dengki, angkuh dan riya'. Ibadah harus dilakukan secara ikhlas sehingga akan membelas di dalam jiwa.

Dengan praktik kebaikan itu, seseorang akan menjadi damai dan tenteram. Sikapnya akan berubah kepada hal yang lebih baik. Dengan begitu peluang meraih lailatul qadar akan terbuka lebar.

Yusuf Qardhawi dalam Fiqih Puasa menjelaskan lailatul qadar bersifat umum bagi yang mengharapkannya. Semua orang mencari kebailan dan pahala dari lailatul qadar serta apa saja yang ada di sisi Allah berkenaan dengan malam itu. Ia adalah malam ibadah, ketaatan, sholat, tilawah, dzikir, doa, sedekah, silaturahim, dan perbuatan baik lainnya.