Adakah Keutamaan Orang yang Meninggal pada Bulan Ramadhan?

Rep: Mgrol150/ Red: Muhammad Hafil

Sabtu 23 Mar 2024 20:03 WIB

Warga melakukan ziarah kubur di TPU Karet Bivak, Jakarta, Ahad (10/3/2024). Tradisi ziarah makam ini dilakukan menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Sebelum menjalankan ibadah puasa, ziarah kubur menjadi satu kegiatan yang lazim dilakukan umat Islam. Mereka datang untuk mendoakan sanak saudaranya. Selain berdoa, warga juga membersihkan makam, menaburkan bunga dan menuangkan air ke makam. Foto: Republika/Thoudy Badai Warga melakukan ziarah kubur di TPU Karet Bivak, Jakarta, Ahad (10/3/2024). Tradisi ziarah makam ini dilakukan menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Sebelum menjalankan ibadah puasa, ziarah kubur menjadi satu kegiatan yang lazim dilakukan umat Islam. Mereka datang untuk mendoakan sanak saudaranya. Selain berdoa, warga juga membersihkan makam, menaburkan bunga dan menuangkan air ke makam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap orang yang hidup di dunia pasti akan meninggal pada waktunya. Tetapi, semua orang di dunia tidak bisa memilih kapan ia akan meninggal. Bagaimana jika orang meninggal dunia ketika bulan Ramadhan? Karena bulan Ramadhan dipercaya sebagai bulan yang penuh keberkahan oleh umat muslim.

Dijelaskan dalam buku karya Syeikh Mutawalli Sya Rawi yang berjudul Keistimewaan Puasa Menurut Syariat & Kedokteran yang mengisahkan seseorang yang bertemu Nabi Muhammad SAW dan berkata,

Baca Juga

"Wahai Rasulullah, apa pendapatmu apabila aku mengucapkan syahadat lailahaillahu wa annaka Rasulullah (tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya kamu adalah utusan Allah), aku sholat lima waktu, melakukan puasa Ramadan, mengerjakan ibadah (shalat tarawih) bulan Ramadan dan menunaikan zakat?" Rasulullah SAW berkata, "Barangsiapa yang meninggal dunia seperti ini maka dia termasuk golongan syuhada' dan shiddiqin."

Bagi setiap muslim yang meninggal pada bulan Ramadhan akan mendapat kebaikan yang besar seperti yang tertulis pada surat An Nahl ayat 97, Allah SWT berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Arab Latin : Man ‘amila ṣāliḥam min żakarin au unṡā wa huwa mu'minun fa lanuḥyiyannahū ḥayātan ṭayyibah(tan), wa lanajziyannahum ajrahum bi'aḥsani mā kānū ya‘malūn(a).

Artinya : “Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.”

Menurut tafsir tahlili Kemenag, Allah SWT dalam ayat ini berjanji bahwa Allah SWT benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur’an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.

Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah SWT, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.

Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah SWT. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah SWT karena kebijaksanaan dan amal shaleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya. 

Terpopuler