Ya, jajanan wadai talam tak hanya soal berbuka. Ini adalah tradisi, kebiasaan tahunan yang digemari warga Samarinda.
Para ibu hingga pemuda bergerombol, bercanda riang sambil memilih kue. Ibu-ibu berbelanja sambil bertukar cerita tentang menu sahur. Aroma manis berpadu dengan semangat kebersamaan, membuat Jalan Biawan bertransformasi menjadi ruang interaksi yang hangat.
Sebagian orang menyebutnya "Kampung Wadai Talam", bukan hanya domain kue talam. Di sinilah panggung jajanan tradisional digelar. Ada juga klepon hijau yang menguarkan aroma kelapa, hingga risoles dan lumpia yang digoreng dadakan, siap memanjakan lidah. Harganya pun ramah di kantong, tak sampai membuat dompet jebol.
Ada lagi penjual wadai talam yang tak kalah legendaris di Jalan Biawan. Ia adalah Hj. Awaliyah. Sudah 20 tahun ia menjajakan wadai talam dan kue tradisional lainnya, memanjakan lidah warga Samarinda dengan cita rasa yang tak lekang oleh waktu.
Wadai talam di Jalan Biawan terkenal dengan keragamannya. Awaliyah menawarkan delapan jenis wadai talam, di antaranya amparan tatak, sari pengantin, sari muka, lapis hula-hula, talam mandapa, talam singkong, talam putri selat, dan karaban. Setiap jenisnya memiliki keunikan rasa dan teksturnya sendiri.
Amparan tatak dan sari muka menjadi primadona di antara para pembeli. Amparan tatak menawarkan rasa pandan yang gurih dan tekstur yang lembut, berpadu dengan santan kelapa yang creamy. Sementara sari muka memiliki rasa manis yang lebih dominan dengan tekstur yang kenyal.
Membuat kue talam membutuhkan ketelatenan...