Beda dengan Inggris dan Jerman, Prancis tak Izinkan Pesepak Bola Muslim Berbuka Puasa

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah

Kamis 14 Mar 2024 21:38 WIB

Ilustrasi sepak bola. Prancis enggan berikan istirahat untuk pesepak bola Muslim Foto: EPA/MORELL Ilustrasi sepak bola. Prancis enggan berikan istirahat untuk pesepak bola Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Federasi Sepakbola Prancis (FFF) kembali menentang penerapan waktu istirahat selama pertandingan bagi pemain Muslim untuk berbuka puasa selama Ramadhan.

Mereka tidak mengizinkan para pemain Muslim untuk membatalkan puasanya saat pertandingan berlangsung. 

Baca Juga

Menurut laporan media, Komisi Wasit Federal (CFA) FFF mengirim email kepada para pejabat tahun lalu yang menyatakan bahwa dilarang menghentikan pertandingan untuk memungkinkan pemain Muslim berbuka puasa dengan minum dan makan

Meskipun ada reaksi luas yang menuduh federasi tersebut Islamofobia, FFF tetap mempertahankan keputusannya untuk melarang istirahat sejenak bagi pemain Muslim.

Menurut laporan dari media Prancis  RMC Sport presiden CFA Eric Borghini mengatakan, komisi tersebut tidak akan memperbarui rekomendasinya untuk menghindari bentuk provokasi. Namun, komisi berencana turun tangan jika wasit tidak mematuhi aturan tersebut. 

“Jika kami menerima masukan bahwa hal itu terjadi lagi (gangguan pertandingan), kami akan mempertimbangkan untuk mengeluarkan pengingat. Dalam pertandingan profesional, saya ragu hal itu akan terjadi,” ujarnya kepada media Prancis sebagaimana dilansir moroccoworldnews, Kamis (14/3/2024).

Sikap Federasi Sepakbola Prancis ini berbeda dengan keputusan sejunlah negara Eropa lainnya, yang mengizinkan tindakan untuk memberikan kesempatan kepada pemain Muslim untuk berbuka puasa sebelum melanjutkan pertandingan.

Misalnya, Inggris dan Jerman tetap memperbolehkan istirahat pertandingan selama bulan Ramadhan untuk memberikan kesempatan kepada pemain Muslim berbuka puasa sebelum melanjutkan pertandingan. 

Namun, Prancis terus menentang keras tindakan tersebut. Federasi Sepakbola Prancis mendasarkan keputusannya dengan menyatakan bahwa tindakan tersebut merupakan pertunjukan afiliasi keagamaan, yang dilarang berdasarkan hukumnya.

Terpopuler