REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perang di Gaza menimbulkan banyak kehancuran dan kelaparan. Hal tersebut terjadi pada awal Ramadhan. Terdapat anak – anak yang meninggal akibat kelaparan yang melanda. Akibat kehancuran yang terjadi, pasokan logsitik bantuan kemanusiaan tidak dapat didistribusikan dengan baik, maka jalur udara menjadi alternatifnya.
Pesawat C-130 AS terbang di atas Jalur Gaza untuk mengantarkan makanan kepada orang-orang yang menghadapi kelaparan, hanya ada sedikit tanda-tanda kehidupan yang terlihat di reruntuhan hutan kota yang ramai. Pesawat turun hingga 3.000 kaki di atas Laut Mediterania dan Gaza utara. Tentara Angkatan Udara AS memotong tali pada palet bantuan yang dikemas di Yordania dan melepaskan selusin bungkusan besar berisi parasut dari pintu belakang C-130 yang terbuka.
Bantuan makanan tersebut ditargetkan ke Gaza utara yang merupakan wilayah yang paling membutuhkan bantuan, sehingga total bantuan yang diberikan melalui udara oleh militer AS bekerja sama dengan negara-negara Barat dan Arab sejak 3 Maret menjadi 1 juta pound.
Banyak bangunan yang rata dengan tanah, beberapa di antaranya sudah runtuh atau seluruhnya menjadi puing-puing hangus akibat serangan Israel yang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober. Analisis citra satelit PBB menemukan 30% bangunan telah hancur atau rusak di daerah kantong Palestina yang berpenduduk 2,3 juta orang. Banyak jalan yang dibuldoser dan tidak bisa dilalui.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 31 ribu orang telah terbunuh, dan PBB mengatakan seperempat penduduknya berada dalam ambang kelaparan. Badan-badan bantuan dan pemerintah berupaya meningkatkan aliran makanan dan pasokan penting lainnya ke Gaza melalui jalan darat dan laut karena pengiriman melalui udara mahal dan kapasitasnya terbatas, dilansir dari Reuters, Rabu (13/03/2024)