Warga Palestina Sambut Ramadhan di Tengah Konflik

Rep: Mgrol150/ Red: Muhammad Hafil

Rabu 13 Mar 2024 13:29 WIB

Pengungsi Palestina berkumpul untuk mengumpulkan makanan yang disumbangkan oleh kelompok pemuda amal sebelum sarapan, pada hari kedua bulan suci Ramadhan di Rafah, di selatan Jalur Gaza, (12/3/ 2024). Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD Pengungsi Palestina berkumpul untuk mengumpulkan makanan yang disumbangkan oleh kelompok pemuda amal sebelum sarapan, pada hari kedua bulan suci Ramadhan di Rafah, di selatan Jalur Gaza, (12/3/ 2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Selama bulan Ramadhan warga Palestina dipenuhi bayang – bayang perang. Suasana di Kota Yerusalem Timur dipenuhi ketegangan ketika warga Palestina di kota tersebut ingin bersiap menyambut bulan suci Ramadhan. Namun, mereka terlalu takut untuk menggantungkan dekorasi atau ikut serta dalam perayaan Ramadhan.

Banyak di antara mereka hanya berdoa untuk gencatan senjata di Gaza, telah lebih dari 31 ribu orang yang telah dibunuh oleh tentara Israel. Warga Palestina kahwatir bahwa pemerintah Israel akan menyerang warga Palestina selama bulan suci Ramadhan, seperti yang telah terjadi sebelumnya.

Baca Juga

“Saya sangat khawatir dengan kemungkinan provokasi. Kami belajar dari masa lalu bahwa semakin banyak kehadiran polisi dan intervensi polisi di Yerusalem Timur selama Ramadhan, semakin banyak kita akan melihat konfrontasi (kekerasan),” kata Munir Nuseibah, Pengacara Hak Asasi Manusia Palestina, dilansir dari Aljazeera, Rabu (13/03/2024).

Selama bulan suci Ramadhan, ketegangan sering meningkat di sekitar Masjid Al Aqsa. Warga Palestina di Tepi Barat yang telah diduduki sangat ingin shalat di masjid, tetapi polisi Israel menghalangi akses dan menyerang para jamaah.

Pada tahun lalu, warga Palestina terpaksa membuat barikade di dalam masjid untuk mencegah polisi Israel mengganggu para jamaah yang sedang beritikaf yang dilakukan para jamaah sepanjang malam untuk berdoa. Namun, pihak kemanan Israel berhasil menerobosnya dan menembakkan granat kejut dan gas air mata serta memukuli pada jamaah termasuk wanita dan orang tua.

Warga Palestina mengaitkan sebagian besar kekerasan tersebut dengan tindakan provokatif yang diambil oleh otoritas Israel yang menduduki kota dan tempat suci tersebut. Polisi Israel sering mengizinkan ratusan warga Yahudi Israel yang menyebut Masjid Al-Aqsa sebagai Bukit Bait Suci mengakses situs suci tersebut. Hal itu melanggar perjanjian status-quo terbaru yang ditegaskan Israel, Yordania, Palestina, dan Amerika Serikat pada tahun 2015.

Perjanjian tersebut mengatur bahwa Masjid Al-Aqsa merupakan tempat ibadah khusus umat Islam, namun memberikan akses kepada non-Muslim pada hari dan jam tertentu. 

Terpopuler