REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Umat Islam di seluruh dunia sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan 2024 atau 1445 Hijriyah. Imam Al Ghazali bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa puasa adalah siksaan bagi musuh-musuh Allah yakni setan.
Dalam kitabnya, Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa puasa mencegah dan menahan diri dengan bersabar dari hal-hal yang membatalkannya. Pelaksanaan puasa adalah amalan batin yang tidak terlihat dari pandangan lahir orang lain, sedangkan amalan lainnya tidak terlepas dari pandangan lahir manusia.
Ibadah puasa tersembunyi dari pandangan manusia. Hanya Allah SWT saja yang mengetahui. Karenanya, puasa hanya dapat dilakukan oleh orang bertakwa, yang ikhlas dan sabar.
Imam al-Ghazali juga menjelaskan bahwa puasa itu merupakan hukuman atau siksaan bagi musuh-musuh Allah 'Azza wa Jalla. Sebab, setan memilih jalan hawa nafsu. Hawa nafsu dapat tumbuh subur dengan bantuan makan dan minum yang tidak terkendali.
Sehubungan dengan itu, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda seperti ini.
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ، فَضَيِّقُوْا مَجَارِيَهُ بِالْجُوعِ.
"Sesungguhnya setan itu masuk ke dalam tubuh anak Adam mengikuti aliran darahnya. Oleh karenanya, sempitkanlah jalan setan itu dengan cara berpuasa." (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Diriwayatkan juga bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda kepada Sayyidah Aisyah Radhiyallahu anhu, "Wahai istriku, hendaknya engkau gemar mengetuk pintu surga."
Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Dengan cara apa, ya Rasulullah?" Nabi Muhammad SAW pun menjawab, "Dengan cara berpuasa."
Dijelaskan dalam Ihya Ulumuddin, bahwa yang lebih utama dari puasa itu sebenarnya adalah pengendalian hawa nafsu (setan), menghambat dan mempersempit jalan serta tempat yang biasa dilalui setan (hawa nafsu). Inilah puasa yang memiliki kaitan khusus dengan Allah SWT.
Musuh Allah SWT seharusnya juga musuh kita sebagai hamba-Nya. Jika setan (musuh Allah) sudah dapat dikendalikan serta dilumpuhkan, maka hamba tersebut akan menjadi penolong bagi agama Allah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
Yā ayyuhal-lażīna āmanū in tanṣurullāha yanṣurkum wa yuṡabbit aqdāmakum.
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS Muhammad Ayat 7)
Maka balasan berupa pertolongan, petunjuk dan karunia Allah SWT akan senantiasa mengalir kepada seorang hamba disebabkan usaha dan perjuangannya dalam menegakan ajaran agama Allah SWT.