REPUBLIKA.CO.ID,GAZA – Mufti Agung Yerusalem dan Palestina, Mohammad Hussein, menyatakan Senin (11/3/2024) menjadi hari pertama bulan suci Ramadhan di Palestina. Bombardir Israel, kehancuran masjid-masjid, dan kelaparan ekstrem merenggut yang seharusnya jadi momen kebahagiaan warga Palestina tersebut.
Pada malam Ramadhan pertama, Sejumlah warga sipil Palestina syahid dan lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menargetkan beberapa rumah di kamp pengungsi Nusseirat, yang terletak di Jalur Gaza tengah. Kantor berita WAFA melaporkan bahwa pesawat-pesawat tempur Israel menargetkan beberapa rumah warga sipil di kamp pengungsi, yang menyebabkan terbunuhnya beberapa orang dan melukai beberapa orang lainnya.
Sebanyak 85 warga Palestina syahid dalam delapan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel selama 24 jam terakhir sebelum Ramadhan di Jalur Gaza. Sehingga, jumlah korban tewas yang terdokumentasi sejak pecahnya perang genosida Israel menjadi 31.045 orang, yang sebagian besar adalah warga sipil tak berdosa.
Sementara jumlah korban luka yang didokumentasikan sejak awal agresi telah meningkat menjadi 72.654 orang. Beberapa korban masih berada di bawah reruntuhan atau berserakan di jalanan, sementara pasukan Israel terus menghalangi kedatangan ambulans dan tim penyelamat. Oleh karena itu, angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.
Kelaparan juga masih mendera bernagai wilayah di Gaza. Sehari sebelum Ramadhan, seorang perempuan dan seorang bayi lima bulan syahid di utara Gaza akibat malnutrisi dan dehidrasi. Total 25 warga Gaza syahid akibat kelaparan di Gaza.
Pasukan penjajah Israel pada Ahad malam juga menghalangi masuknya ratusan jamaah ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur untuk melaksanakan shalat Tarawih. Saksi mata mengatakan bahwa pasukan pendudukan menahan warga di gerbang Masjid al-Aqsa dan menghalangi akses mereka ke sana.
Mereka menambahkan bahwa pendudukan memberlakukan pembatasan terhadap laki-laki muda memasuki al-Aqsa untuk melakukan Tarawih, dan mengizinkan perempuan berusia 40 tahun untuk masuk.
Patut dicatat bahwa pasukan pendudukan telah melakukan pengepungan ketat terhadap Masjid al-Aqsa selama lima bulan dan melarang masuk ke dalamnya. Mereka juga mengeluarkan lusinan perintah deportasi terhadap warga Yerusalem untuk mencegah mereka melaksanakan shalat selama bulan suci Ramadhan.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan Ramadhan di Jalur Gaza tahun ini “tidak seperti bulan suci tahun-tahun sebelumnya atau di mana pun di dunia”, terutama mengingat hancurnya seluruh aspek kehidupan di Jalur Gaza, termasuk para korban jiwa dan ragusan masjid. Ramadhan, kata lembaga tersebut dalam sebuah pernyataan, telah tiba ketika “warga Palestina menderita kekurangan dan kelangkaan makanan dan air minum selama lebih dari lima bulan berturut-turut”.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyampaikan harapannya agar rakyat Palestina dapat mencapai harapannya akan kebebasan dan kemerdekaan, berdirinya negara merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Ia juga mengharapkan bulan Ramadhan disertai dengan penghentian agresi, pembunuhan, pengungsian dan kelaparan terhadap rakyat Palestina serta penodaan terhadap kesucian rumah ibadah mereka.
“Kami memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memberikan keamanan dan perdamaian kepada Palestina dan seluruh dunia, mendoakan rahmat Yang Maha Kuasa bagi para syuhada, kesembuhan bagi yang terluka, dan kebebasan bagi para tawanan heroik kita,” kata Presiden.
Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al Saud meminta komunitas internasional “untuk memikul tanggung jawabnya” untuk mengakhiri pembantaian warga Palestina, dan “menyediakan koridor kemanusiaan yang aman”. “Sangat menyedihkan bagi kami bahwa bulan Ramadhan datang tahun ini di tengah serangan yang dialami saudara-saudara kami di Palestina,” katanya dalam pidato yang dibacakan atas namanya oleh Menteri Media Saudi Salman Al-Dosari untuk menandai dimulainya bulan suci umat islam.