Gencatan Senjata di Bulan Ramadhan Belum Menemukan Titik Terang 

Rep: Mgrol150/ Red: Muhammad Hafil

Rabu 06 Mar 2024 22:10 WIB

Kekacauan terjadi di parlemen Inggris saat membahas gencatan senjata di Gaza, pada Rabu (21/2). Foto: Tangkapan Layar/VOA Kekacauan terjadi di parlemen Inggris saat membahas gencatan senjata di Gaza, pada Rabu (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah menghabiskan waktu berminggu – minggu untuk mencoba menjadi perantara kesepakatan pembebasan tawanan Israel oleh Hamas sebagai imbalan atas gencatan senjata selama Ramadhan tetap belum menemukan titik terang.

“Israel mengatakan mereka menunggu tanggapan Hamas, sementara Hamas mengatakan mereka menunggu tanggapan Israel. Mediator yang berada di tengah-tengah berusaha menjembatani kesenjangan ini dengan mencoba menemukan solusi antara kedua belah pihak, namun tampaknya ada masalah yang tidak dapat diselesaikan,” kata wartawan Al Jazeera, Hamdah Salhut, Rabu (6/3/2024).

Baca Juga

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu secara terbuka menolak tuntutan tersebut berulang kali di setiap kesempatan wawancaraa. Ia bersikeras melanjutkan perang sampai Hamas dibubarkan dan semua tawanan dikembalikan sehingga Israel tidak mengirimkan delegasinya ke perundingan terakhir.

Pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengatakan, bahwa kelompoknya menginginkan gencatan senjata permanen, bukan jeda enam minggu, dan penarikan seluruh pasukan Israel dari tanah Palestina. 

Hamas juga tidak mengetahui tawanan yang ditangkap oleh kelompoknya masih hidup atau mati dan ia juga tidak mengetahui mereka terbunuh akibat serangan atau kelaparan. Karena para tawanan tersebut ditahan oleh banyak kelompok di berbagai tempat.

Dengan berakhirnya putaran terakhir diskusi, Hamas telah mengajukan proposal yang akan didiskusikan oleh para mediator dengan Israel dalam beberapa hari mendatang, 

“Keamanan dan keselamatan rakyat kami hanya bisa dicapai dengan gencatan senjata permanen, diakhirinya agresi dan penarikan diri dari setiap inci Jalur Gaza,” kata Hamdan ketika diwawancarai wartawan di Beirut.

Pertempuran yang berlangsung selama hampir lima bulan telah menyebabkan sebagian besar wilayah Gaza hancur dan menciptakan bencana kemanusiaan yang semakin buruk, terutama di wilayah utara yang hancur, berjuang mencari makanan untuk bertahan hidup.