Kemendag Minta Masyarakat tidak Panic Buying Jelang Ramadhan

Red: Ani Nursalikah

Senin 04 Mar 2024 22:51 WIB

Warga membawa beras yang dibeli saat penyelenggaraan program Bulog Siaga di Jalan Jambu, Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (4/3/2024). Pemerintah terus mengupayakan membantu masyarakat mendapatkan barang kebutuhan pokok terutama beras yang mengalami kenaikan harga melalui program Bulog Siaga dan penyaluran Bantuan Sosial Cadangan Beras Pemerintah (Bansos CBP) untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga masyarakat. Bulog Siaga menyediakan kebutuhan pokok berupa beras SPHP dua ton, beras premium 500 kilogram, gula pasir 100 kilogram, minyak goreng 120 liter dan tepung beras 24 kilogram yang dijual untuk masyarakat dengan harga yang lebih murah di pasaran. Sedangkan, Bansos CBP berupa beras yang dibagikan secara gratis diperuntukan bagi masyarakat di 12 RW Kelurahan Mulyaharja yang membutuhkan. Foto: Republika/Putra M. Akbar Warga membawa beras yang dibeli saat penyelenggaraan program Bulog Siaga di Jalan Jambu, Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (4/3/2024). Pemerintah terus mengupayakan membantu masyarakat mendapatkan barang kebutuhan pokok terutama beras yang mengalami kenaikan harga melalui program Bulog Siaga dan penyaluran Bantuan Sosial Cadangan Beras Pemerintah (Bansos CBP) untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga masyarakat. Bulog Siaga menyediakan kebutuhan pokok berupa beras SPHP dua ton, beras premium 500 kilogram, gula pasir 100 kilogram, minyak goreng 120 liter dan tepung beras 24 kilogram yang dijual untuk masyarakat dengan harga yang lebih murah di pasaran. Sedangkan, Bansos CBP berupa beras yang dibagikan secara gratis diperuntukan bagi masyarakat di 12 RW Kelurahan Mulyaharja yang membutuhkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) meminta kepada masyarakat untuk tenang dan tidak panic buying menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) puasa Ramadhan dan Idul Fitri 1445 Hijriyah, karena stok komoditas pangan pokok dijamin aman.

“Kementerian Perdagangan berharap masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kebutuhan beras masyarakat untuk dikonsumsi,” ujar Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim dalam acara bertajuk “Persiapan Ramadan, Kondisi Harga Bahan Pokok”, di Jakarta, Senin (4/3/2024).

Baca Juga

Ia mengatakan masyarakat melakukan panic buying bukan karena ketiadaan beras, melainkan ingin mendapatkan harga yang lebih murah. Fenomena ini, kata dia, justru dapat mengakibatkan harga menjadi lebih buruk.

Panic buying bisa mempengaruhi harga menjadi lebih buruk lagi,” kata Karim.

Oleh karena itu, Karim berharap agar masyarakat berbelanja dengan bijak dan sesuai dengan kebutuhannya. Apabila merasa takut dengan harga beras yang meningkat, pemerintah sudah menyiapkan alternatif beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Perum Bulog.

“Bahkan juga sekarang, yang tahun lalu (SPHP) tidak ada di retail modern, ini juga tersedia,” kata Karim.

Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas Rachmi Widiriani juga meminta kepada masyarakat untuk tidak belanja berlebihan yang dapat menimbulkan food waste atau sampah makanan.

“Jangan sampai menimbulkan food waste karena terlalu kalap belanjanya,” kata Rachmi.

Kemudian, ia juga mengatakan bantuan pangan untuk beras masih akan terus diserahkan kepada keluarga penerima manfaat (KPM) hingga Juni.

“Sebentar lagi juga akan rilis bantuan keluarga yang berisiko stunting, itu berupa ayam 1 kg dan telur 10 butir. Ini akan diberikan untuk 1,4 juta keluarga risiko stunting,” kata Rachmi.

Bapanas berharap agar dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangannya. “Dan sekali lagi, jangan khawatir. Kami dari pemerintah, dan cadangan pangan pemerintah ini siap untuk memberikan peningkatan ketersediaan untuk bahan pangan,” kata Rachmi.

Sebelumnya, Kemendag telah menerbitkan izin impor beras 1,6 juta ton untuk melengkapi stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim mengatakan, persetujuan impor tersebut menambah jumlah impor beras 2 juta ton yang sebelumnya telah ditetapkan pemerintah.