REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut inflasi tahunan (year-on-year/yoy) di Provinsi Aceh sebesar 2,33 persen. Untuk inflasi month-to-month/mtm sebesar 0,71 persen pada Februari 2024 atau menjelang bulan suci Ramadhan 1445 Hijriyah, dengan penyumbang tertinggi beras dan cabai merah.
Kepala BPS Aceh Ahmadriswan Nasution mengatakan inflasi nasional secara mtm sebesar 0,37 persen dan inflasi yoy sebesar 2,75 persen. "Jadi secara bulan ke bulan inflasi Aceh berada lebih tinggi di atas nasional, namun secara tahun ke tahun posisi Aceh lebih rendah dibanding inflasi nasional," katanya, Sabtu (2/3/2024).
Ia menjelaskan, BPS mengukur inflasi berdasarkan lima kota indeks harga konsumen (IHK) di Aceh, yakni Banda Aceh, Meulaboh dan Lhokseumawe, Aceh Tamiang dan Aceh Tengah. Secara yoy, penyumbang paling dominan inflasi Aceh bersumber dari komoditas beras sebesar 0,68 persen, sigaret kretek mesin sebesar 0,35 persen dan tomat 0,31 persen.
Sementara komoditas yang andil dominan terhadap penurunan harga yaitu ikan tongkol sebesar 0,36 persen, ikan dencis sebesar 0,12 persen, dan ikan bandeng sebesar 0,08 persen.
Untuk mtm, lanjut dia, beberapa komoditas yang memberi andil dominan terhadap penurunan harga atau deflasi seperti bawang merah 0,08 persen, ikan tongkol 0,03 persen, dan bayam 0,01 persen.
"Sedangkan komoditas yang dominan terhadap kenaikan harga atau inflasi mtm yaitu cabai merah 0,34 persen, ikan dencis 0,06 persen serta daging ayam ras 0,05 persen," ujarnya.
Ia menambahkan, dari lima kota IHK di Aceh yang dipantau BPS, seluruhnya mengalami mengalami inflasi. Kota yang mengalami inflasi tertinggi pada secara mtm yaitu Aceh Tengah sebesar 1,52 persen dan terendah di Aceh Tamiang dengan inflasi sebesar 0,29 persen.
"Inflasi yoy tertinggi terjadi di Aceh Tengah 4,06 persen dengan IHK sebesar 108,25. Sedangkan inflasi yoy terendah tercatat di Lhokseumawe 1,50 persen dengan tingkat IHK sebesar 104,76.
Sebelumnya, BPS Aceh juga mencatat ada beberapa komoditas yang kerap menyumbang andil tertinggi terhadap inflasi maupun deflasi di provinsi paling barat Indonesia itu, yakni bawang merah, udang basah, beras, ikan dencis, rokok kretek, dan cabai merah.