REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Umat Muslim telah melewati bulan suci Ramadhan. Lalu apa selanjutnya? Apa yang menjadi ciri ibadah seorang Muslim selama Ramadhan diterima Allah SWT?
Di bulan Ramadhan, siang dan malam di setiap hembusan nafas adalah waktu bagi setiap Muslim untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semua tidak lain hanyalah untuk mengharapkan rahmat Allah SWT dan dalam rangka mencari pahala Allah SWT.
Kini Ramadhan telah berlalu, dan waktu di kehidupan dunia terus berjalan. Tidak ada yang bisa menjamin, apakah kita akan bertemu kembali dengan bulan Ramadhan selanjutnya.
Hari demi hari dalam kehidupan adalah tahapan yang dilalui dalam perjalanan menuju akhirat.
Adapun tanda diterimanya suatu amal kebaikan, adalah senantiasa berbuat amal shaleh setelahnya. Amal shaleh yang telah dijalankan selama Ramadhan terus berlanjut dan dibawa ke bulan-bulan berikutnya untuk menjadi pendamai bagi seorang Muslim.
Allah SWT berfirman, "Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)." (QS Hud ayat 114)
Diriwayatkan dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Bertakwalah kepada Allah SWT di manapun engkau berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan). Dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik." (HR at Tirmidzi)
Umat Muslim yang telah merasakan nikmatnya takwa selama Ramadhan, harus melanjutkannya, dan juga tetap memperbanyak amal shaleh. Sebab, hakekatnya ketakwaan kepada Allah SWT tidak terbatas waktu, hingga ajal menjemput.
Namun, siapa saja yang kemudian kembali berbuat dosa dan maksiat setelah Ramadhan, ketahuilah bahwa ganjaran Allah menanti orang-orang tersebut. Ucapan selamat tinggal pada Ramadhan hanyalah sedikit tanda bahwa amal shaleh yang telah dikerjakan itu akan terkubur.
Untuk itu, seorang Muslim perlu ingat bahwa pintu surga selalu terbuka bagi mereka yang melanjutkan amal shaleh. Ingat pula bahwa puasa tidak terbatas pada bulan Ramadhan.
Riwayat hadits telah menyebutkan, bahwa Nabi Muhammad SAW biasa berpuasa pada Senin dan Kamis dalam sepekan. Selain itu, kebiasaan tilawah Alquran pada bulan suci Ramadhan juga perlu senantiasa dirutinkan kembali di bulan-bulan selanjutnya usai Ramadhan, meski betapa padatnya rutinitas sehari-hari.
Sumber: