Meski Bulan Tutupi Matahari, Gerhana Bukan Tanda Ramadhan Berakhir

Rep: Mabruroh/ Red: Erdy Nasrul

Kamis 20 Apr 2023 17:21 WIB

erhana matahari sebagian terlihat dari sebuah pantai di Bali, Indonesia, (20/4/2023). Fenomena astronomi gerhana matahari hibrid melintasi wilayah Indonesia pada 20 April, dan gerhana matahari total hanya akan terjadi di empat provinsi di Indonesia timur, yakni Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Foto: EPA-EFE/MADE NAGI erhana matahari sebagian terlihat dari sebuah pantai di Bali, Indonesia, (20/4/2023). Fenomena astronomi gerhana matahari hibrid melintasi wilayah Indonesia pada 20 April, dan gerhana matahari total hanya akan terjadi di empat provinsi di Indonesia timur, yakni Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kalender Umat Islam adalah kalender yang menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya. Yakni dengan melihat munculnya bulan sabit sebagai penanda bulan baru dalam kalender hijriyah.

Penentuan dimulainya hari dalam kalander Hijriyah pun berbeda dengan kalender masehi, pukul 00:00. Dalam kalander hijriyyah, pergantian hari dimulai sejak matahari tenggelam atau ketika memasuki waktu maghrib.

Baca Juga

Menanggapi fenomena Gerhana Matahari pada Kamis (20/4/2023) pagi tadi, apakah ini menandakan bahwa munculnya bulan baru atau 1 syawal 1444 H. 

Menurut Sekretaris Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama, Nahari Muslih mengatakan, bahwa gerhana matahari yang baru saja terjadi di Indonesia tidak lantas menandai dimulainya bulan baru syawal. 

“Kejadian gerhana ini nggak otomatis begitu (1 Syawal). Karena hilal yang dimaksud Nabi (SAW) untuk mengawali bulan baru itu adalah hilal yang terlihat disaat setelah matahari terbenam,” kata Nahari dalam keterangan tertulis kepada Republika, Kamis (20/4/2023).

Sehingga kata dia, rukyatul hilal tetap harus dilakukan. Setelah rukyatul hilal barulah dilakukan sidang isbat oleh pemerintah untuk menentukan 1 Syawal.

Wakil Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH Sirril Wafa menuturkan, bahwa saat terjadi gerhana matahari, bukan hilal yang terlihat saat gerhana tetapi bulatan Bulan yang tampak. 

“Hilal itu lengkungan bulan yang tersinari matahari dan tampak sebagai sabit bulan,” ujarnya.

Menurut Wafa, ba'da Maghrib nanti posisi hilal umumnya di Indonesia baru dalam ketinggian 1 koma sekian. Belum mencapai batas kriteria minimal yang baru, yakni 3 derajat dan sudut elongasi /jarak sudut antara matahari dan bulan minimal 6,4 derajat. Keduanya belum terpenuhi untuk bisa dilihat. Karenanya, ia memprediksi jika bulan Ramadhan genap menjadi 30 hari.

“Keduanya belum terpenuhi untuk bisa dirukyat atau dilihat. Jadi malam nanti masih malam tanggal 30 Ramadhan. Saat ini pun laporan dari Biak Papua, cuaca cerah matahari terbenam jam 17.55 WITA dan Hilal tidak terlihat,” kata Wafa.

“Jadi sangat memungkinkan (puasa genap 30 hari) sesuai kriteria Neo Mabims yang sudah diterima secara resmi oleh keempat negara anggotanya sejak 1 tahun lalu,” tambahnya.