Jangan Biasakan Tidur Langsung Setelah Berbuka, Ini Penjelasan Medisnya

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah

Jumat 14 Apr 2023 21:39 WIB

Ilustrasi orang berpuasa. Tidur setelah berbuka puasa tidak disarankan medis untuk kesehatan Foto: AP/Rahmat Gul Ilustrasi orang berpuasa. Tidur setelah berbuka puasa tidak disarankan medis untuk kesehatan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA — Tidur setelah berbuka puasa Ramadhan ternyata tidak disarankan dunia medis. Mengapa?

Spesialis Penyakit Dalam dan Gastroenterologi Dr  Mehmet Sait Bugdacı memperingatkan untuk tidak berbaring setelah berbuka puasa. Menurutnya, posisi tidur setelah berbuka puasa dapat menyebabkan masalah refluks asam. 

Baca Juga

Refluks asam didefinisikan sebagai refluks isi perut ke kerongkongan karena katup longgar di pintu masuk perut, dialami pada sekitar 20 persen populasi di Turki. 

Kondisi ini menyebabkan iritasi pada kerongkongan, di mana asam dan makanan dari perut bergerak ke atas, menyebabkan sensasi terbakar di dada. 

Makan terlalu banyak dan terlalu cepat saat buka puasa setelah menahan lapar begitu lama selama Ramadhan juga bisa menyebabkan isi perut naik ke tenggorokan. 

Termasuk makan berlebihan, mengonsumsi makanan berlemak, pedas, dan gorengan, khususnya, adalah salah satu faktor yang memicu dan memperburuk refluks. 

Tidur singkat 10-15 menit tepat setelah buka puasa, kebiasaan umum di bulan Ramadhan, juga dapat menyebabkan refluks. 

Berbicara dengan Anadolu Agency (AA) tentang cara menghindari masalah ini, Bugdacı pertama kali menunjukkan bahwa puasa memiliki banyak efek positif pada kesehatan. 

Bahwa studi ilmiah yang dilakukan di luar negeri menunjukkan puasa intermiten memperpanjang hidup manusia dan bahwa orang sekarang mempraktikkan puasa intermiten secara sukarela. 

Dilansir dari Daily Sabah, Jumat (14/4/2023), Pada saat Ramadhan, banyak pasien yang memiliki masalah sistem pencernaan mengunjungi rumah sakit lebih sering. Mereka sebagian besar mengalami keluhan terkait gastritis dan pasien yang mengalami kesulitan mentolerir proses puasa karena mulas, mual, dan gas di perut mereka. 

Bugdacı menekankan bahwa refluks adalah salah satu keluhan penting yang mereka temui selama Ramadhan.

Baca juga: Yang Terjadi Terhadap Tentara Salib Saat Shalahuddin Taklukkan Yerusalem

"Untuk pasien dengan keluhan refluks, disarankan untuk mempersiapkan sebelum Ramadhan. Proses ini dapat ditoleransi dengan mengonsumsi obat-obatan di sahur dan buka puasa selama Ramadhan. Obat yang mengurangi asam lambung dapat digunakan. Hal ini diperlukan untuk mengurangi makanan berserat selama periode ini karena mereka melepaskan lebih banyak asam. Ini menyebabkan lebih banyak kerusakan," katanya. 

Bugdacı menyatakan bahwa makan berlebihan setelah lama menahan lapar juga dapat menyebabkan kantuk. Karena itu dia nenyarankan bahwa duduk di tempat yang cukup terang alih-alih lingkungan yang redup dapat mengurangi kantuk. 

Bugdacı mengingatkan agar pasien yang memiliki masalah sistem pencernaan harus berkonsultasi dengan spesialis. 

 

Sumber: dailysabah