REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di 10 hari terakhir Ramadhan, sebagian Muslim melaksanakan itikaf di masjid. Mungkin sebagian beranggapan bahwa untuk mendapatkan Lailatul Qadar, malam yang penuh kemuliaan, harus dengan itikaf di masjid. Benarkah demikian?
Ketua Majelis Ulama Indonesia, KH Sholahuddin Al Aiyub menyampaikan, itikaf bukan menjadi satu-satunya ibadah dalam meraih Lailatul Qadar. Memperbanyak ibadah di rumah pun, bisa menjadi cara untuk meraih malam yang lebih baik dari 1.000 bulan itu.
"Fokus beribadah di rumah masing-masing, itu bisa dikategorikan sebagai qiyamullail, mendirikan malam-malam Ramadhan. Kalau di saat itu ada Lailatul Qadar, kita Insya Allah termasuk orang yang mendapatkan Lailatul Qadar itu," jelasnya.
Almarhum Prof Dr Hasanuddin AF, guru besar UIN Jakarta yang pernah menjabat Ketua Komisi Fatwa MUI, kepada Republika sempat menjelaskan bahwa di mana pun setiap Muslim berada, maka dia bisa mendapatkan malam Lailatul Qadar.
Hukum melaksanakan itikaf itu sunnah dan bukan syarat untuk meraih Lailatul Qadar. "Di mana saja bisa dapat Lailatul Qadar. Jadi tidak harus di masjid, tidak harus iktikaf. Mendapatkan Lailatul Qadar itu bisa di rumah, bisa di masjid," kata dia.
Asalkan, menjalankan ibadah sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya, seperti shalat malam dan lain-lain. Dalam Surah Ad-Dukhan ayat 3 disebutkan Lailatul Qadar adalah malam yang penuh berkah di mana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan kebijaksanaan.
Ahmad Zarkasih dalam 'Meraih Lailatul Qadar: Haruskah I'tikaf' menjelaskan, keutamaan Lailatul Qadar tidak hanya dikhususkan bagi mereka yang beritikaf, tetapi siapa pun yang di malam itu melaksanakan ibadah.
Itikaf bukanlah syarat untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Namun itikaf merupakan sunnah yang sangat besar pahalanya, dan memang Rasulullah SAW sepanjang hidupnya tidak pernah meninggalkan sunnah tersebut. Bahkan, di tahun wafatnya, beliau SAW melaksanakan itikaf di 20 hari terakhir Ramadhan.