Suguhan Manis Ramadhan yang Disetujui Ahli Gizi

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah

Rabu 12 Apr 2023 04:09 WIB

Pedagang menyiapkan kue cucur di pasar takjil kawasan Karang Menjangan, Surabaya, Jawa Timur. Suguhan Manis Ramadhan yang Disetujui Ahli Gizi Foto: ANTARA/Didik Suhartono/tom. Pedagang menyiapkan kue cucur di pasar takjil kawasan Karang Menjangan, Surabaya, Jawa Timur. Suguhan Manis Ramadhan yang Disetujui Ahli Gizi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Ramadhan adalah momen khusus bagi umat Islam di seluruh dunia untuk meningkatkan ibadah, amal salih, dan disiplin diri. Pada bulan ini juga umat Islam menjalankan puasa sejak matahari terbit hingga adzan maghrib.

Dengan jam puasa yang panjang, memanjakan diri dengan makanan manis dan makanan penutup adalah hal yang biasa. Namun, mengonsumsi terlalu banyak makanan manis dapat berdampak negatif pada kesehatan seseorang.

Baca Juga

“Tidak ada salahnya sesekali mengkonsumsi yang manis-manis selama bulan ini, namun harus ingat, selalu dikonsumsi dalam jumlah sedang dan hati-hati,” kata Ahli Diet Klinis yang berbasis di UEA Sara Abdelghany dilansir dari Al Arabiya.

Menghilangkan kelompok makanan tertentu, seperti makanan penutup, dapat meningkatkan rasa lapar dan berakhir dengan makan berlebihan. Ahli gizi di Klinik HealthBay Dubai itu mengatakan mengonsumsi makanan manis dalam jumlah sedang bisa menjadi bagian dari diet di bulan Ramadhan. Dengan catatan, tetap harus mendengarkan isyarat tubuh dan tidak berlebihan.

Menurut Abdelghany, menikmati makanan penutup dua atau tiga kali seminggu sudah cukup untuk memenuhi keinginan Anda tanpa berlebihan.

Penting untuk memiliki setidaknya dua makanan seimbang dan dua camilan untuk memenuhi asupan makanan yang dibutuhkan selama jam-jam tidak puasa. “Suguhan manis seukuran empat jari atau telapak tangan bisa menggantikan salah satu camilan,” kata Abdelghany.

Namun, Abdelghany mencatat makanan penutup tidak boleh menggantikan makanan sehat dan seimbang karena tubuh Anda membutuhkan makanan padat nutrisi agar tetap kenyang selama berpuasa. Meskipun mungkin tergoda untuk mengidam segera setelah Anda mulai makan lagi, penting untuk menghindari makanan penutup terlalu cepat setelah berbuka puasa.

“Berbuka puasa dengan makanan manis akan meningkatkan kadar glukosa darah dan insulin kita secara luar biasa, menyebabkan penurunan energi yang besar beberapa jam kemudian ketika insulin dalam tubuh tiba-tiba turun,” jelas Abdelghany.

“Penurunan energi ini akan selalu diikuti dengan keinginan yang kuat akan makanan manis lagi. Tubuh (kemudian) akan memasuki lingkaran setan nafsu keinginan, makan yang manis-manis, merasa rendah diri, dan ngidam yang manis-manis lagi,” paparnya.

Beberapa orang mungkin juga akan terkena sembelit, sulit tidur atau tidur terganggu, suasana hati tidak bagus, dan rasa lemas. Hal ini bisa terjadi ketika tubuh kekurangan cairan dan makanan padat nutrisi.

 “Ada juga banyak alternatif makanan manis padat kalori yang bisa dinikmati orang selama bulan suci, mulai dari Katayef goreng hingga salad buah segar,” kata Abdelghany.

Menyiapkan makanan penutup di rumah juga merupakan pilihan yang baik bagi orang yang ingin membatasi jumlah gula, minyak, dan lemak yang masuk ke dalam makanan pencuci mulut mereka.

Berikut adalah beberapa tips yang dibagikan oleh ahli gizi klinis.

• Hindari penggunaan minyak terhidrogenasi, seperti ghee nabati dan minyak sayur (jagung dan bunga matahari), karena menggoreng dengan minyak ini menghasilkan lemak trans dan meningkatkan peradangan dalam tubuh.

• Gunakan mentega organik secukupnya.

• Ganti tepung putih dengan tepung utuh jika memungkinkan.

• Kurangi jumlah gula yang digunakan karena seiring waktu selera Anda akan menyesuaikan dengan kadar gula yang lebih rendah.

• Buat suguhan di rumah seperti kue bolu dengan buah-buahan dan kacang-kacangan, Katayef yang digoreng atau dipanggang dengan siraman sirup gula di atasnya, atau salad buah dengan alpukat atau kacang.