Pedagang Busana Muslim di Bali Rasakan Peningkatan Penjualan Hingga 40 Persen

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti

Senin 10 Apr 2023 18:59 WIB

Toko busana Muslim (ilustrasi). Pedagang busana Muslim di Bali mulai merasakan peningkatan penjualan menjelang Idul Fitri 1444 Hijriyah. Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA Toko busana Muslim (ilustrasi). Pedagang busana Muslim di Bali mulai merasakan peningkatan penjualan menjelang Idul Fitri 1444 Hijriyah.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pedagang busana Muslim di Bali mulai merasakan peningkatan penjualan menjelang Idul Fitri 1444 Hijriyah. Peningkatan yang dirasakan hingga 40 persen dibandingkan hari biasa.

"Untuk saat ini baru meningkat sekitar 40 persen dari hari biasa. Peningkatan ini (biasa) dua pekan jelang lebaran, harusnya mulai sekarang tapi tahun ini agak kurang memang dibandingkan tahun lalu," kata Zaenab, pemilik toko busana muslim Babusalam di Denpasar, Bali, Senin (10/4/2023).

Baca Juga

Pedagang yang tokonya terletak di Jalan Kalimantan, Denpasar Barat, itu mengaku atribut Muslim yang banyak diburu pembeli belakangan adalah sarung, busana pria, dan busana wanita. Sementara pada awal memasuki bulan Ramadhan yang banyak dicari adalah sajadah dan mukenah.

Dalam sehari, toko yang berdiri sejak enam tahun lalu itu mampu menjual setidaknya 60 buah sarung dan paling sedikit 20 buah pakaian laki-laki atau perempuan. Zaenab memprediksi keuntungan yang sama seperti tahun sebelumnya dapat tercapai.

Pada tahun sebelumnya dalam satu bulan toko tersebut mampu meraup omzet mencapai Rp 200 juta, khusus pada rangkaian bulan Ramadhan.

Untuk harga, ia menjual dari Rp 50 ribu hingga Rp 500 ribu, dengan produk-produk yang ditawarkan seperti busana Muslim, mukenah, sajadah, sarung, songkok, hingga buah kurma. "Kalau busana laki-laki mulai di bawah Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu, paling banyak untuk sekarang trennya baju koko atau gamis. Kalau perempuan mulai Rp 150 ribu-Rp 500 ribu, tahun ini kebanyakan model sederhana dengan kain kaftan," kata Zaenab.

Pembeli di deretan toko busana Muslim tersebut adalah masyarakat lokal dari usia muda hingga tua. Namun Zaenab mengakui terjadi penurunan antusias pembeli lantaran mulai beralih ke pembelian daring.

"Kami tidak (berjualan secara daring) tapi pengaruh sekali dengan adanya online. Kami jadi menurun banyak, cuma banyak juga yang lebih baik belanja langsung, lebih puas dia memilih langsung, melihat bahan dan coba langsung," ujarnya.

Salah satu pembeli di toko tersebut bernama Meinda Nur (29) juga mengakui bahwa berbelanja busana Muslim secara langsung adalah rutinitasnya menjelang Idul Fitri. "Memang biasa beli baju langsung untuk dipakai silaturahim saat Idul Fitri, karena bisa memilih yang kualitas dan harganya sesuai," kata dia. Selain mengunjungi toko-toko busana Muslim untuk membeli baju secara pribadi, Meinda mengatakan umumnya ia bersama keluarga juga akan membeli atribut lainnya sebagai bingkisan Hari Raya bagi keluarga di kampung halaman.