REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Nadya Pramesrani menganjurkan tetap menjaga pola hidup sehat. Hal ini dimaksudkan agar Anda terhindar dari kelelahan mental atau burnout selama berpuasa.
"Keep healthy lifestyle habit dengan keseimbangan physical exercise, diet, dan waktu tidur cukup supaya tidak burnout selama puasa," kata Nadya dalam diskusi mengenai cara mengatasi burnout yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (7/4/2023).
Nadya mengatakan, Anda juga harus mengatur ekspektasi agar tidak memiliki harapan di luar kemampuan sehingga tidak menimbulkan pikiran yang berlebihan (overthinking). Selain itu, berolahraga rutin dapat mengurangi stres. Ketika olahraga rutin, tubuh akan merasa lelah dan akan merespons untuk cepat beristirahat.
"Kita harus tahu sampai mana batas kemampuan kita, kebutuhan, dan pola tidur. Semuanya berpengaruh, apalagi di bulan puasa ini tubuh kita melakukan banyak adaptasi," kata Nadya.
Dia mengatakan, burnout dapat diakibatkan oleh beban kerja yang berlebihan serta ketidakmampuan diri dalam mengambil keputusan. Selain itu, kondisi lingkungan dan kurangnya dukungan sosial menjadi faktor penting dalam ketidakpercayaan seseorang terhadap dirinya sendiri yang akan mengakibatkan burnout jika didiamkan.
Dia mengatakan, kurangnya kepercayaan diri, kurangnya simpati terhadap diri sendiri, dan perasaan gagal pada masa lalu, membuat frustrasi yang berujung pada perasaan burnout. "Kadang-kadang seseorang tidak sadar apakah mereka sedang burnout atau tidak, maka kalau kita lihat kerabat kita menunjukkan tanda-tanda burnout harus kita support," kata Nadya.
Menurut dia, terdapat empat tingkatan burnout, yang pertama adalah burnout tingkat ringan. Hal ini ditandai dengan rasa sakit kepala, pegal di punggung, dan di bagian tubuh yang lain dan seolah olah tidak hilang meski sudah beristirahat. Kedua adalah burnout tingkat sedang. Biasanya pada tingkat ini seseorang akan merasa sulit tidur, tidak fokus dalam bekerja, serta sulit berkonsentrasi.
Ketiga adalah burnout tingkat berat. Dalam fase ini seseorang cenderung antipati terhadap pekerjaan, konsumsi rokok yang berlebihan, sampai minum alkohol dan obat-obatan. "Jangan sampai kita berada di burnout tingkat ekstrem, biasanya orang sudah menarik diri dari lingkungan sampai ada percobaan bunuh diri," kata dia.