Masjid Tertua San Fransisco Kembali Ramai Selama Ramadhan

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani

Kamis 06 Apr 2023 09:06 WIB

Komunitas Muslim Indonesia di San Fransisco Bay Area menggelar pengajian. Foto: VOA Komunitas Muslim Indonesia di San Fransisco Bay Area menggelar pengajian.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Bulan suci Ramadhan bukan hanya tentang puasa dari matahari terbit hingga terbenam. Ini adalah waktu untuk merenungkan diri secara mendalam, mempelajari Alquran dan meningkatkan kedermawanan.

Momen Ramadhan ini juga merupakan waktu bagi umat Islam yang taat untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat dan menikmati hidangan buka puasa bersama.

Di Islamic Center San Francisco di Bernal Heights, jamaah terlihat berkumpul setiap malam untuk berdoa dan menghabiskan makanan yang disumbangkan oleh restoran lokal, seperti mini-chain Pakwan di Bay Area.

Masjid tertua di kota itu memperkirakan jumlah jamaah yang hadir telah kembali ke tingkat yang sama seperti sebelum pandemi Covid-19.

Masjid yang sekarang dihiasi dengan karpet biru cerah untuk sholat ini didirikan pada 1959 oleh mahasiswa. Namun, belakangan ini rumah ibadah itu sering menarik perhatian para pekerja teknologi yang mencari cita rasa rumahan.

“Senang sekali melihat begitu banyak orang datang ke masjid,” kata seorang apoteker di San Francisco, Afsheen Ahmad, dikutip di SF Standard, Kamis (6/4/2023).

Tahun ini, Ahmad tidak bisa berpuasa karena sedang menyusui bayinya yang berusia 10 bulan. Namun, dia mencoba untuk lebih melibatkan anak-anak sambil membaca kitab suci dan menemukan cara lain untuk tetap merayakan Ramadhan.

Tindakan amal favorit putrinya yang berusia 5 tahun adalah membuat kue untuk teman dan tetangga, sambil mencoba melakukan puasa singkat.

“Ini juga bulan memberi dan berbagi. Dia (putrinya) sangat perhatian dan peka pada orang lain," lanjut dia.

Penekanan Ramadhan pada amal berarti lebih banyak sumbangan kepada mereka yang membutuhkan, seperti korban gempa bumi mematikan di Suriah dan Turki. Umat Islam juga diwajibkan membayar zakat sebesar 2,5 persen dari kekayaannya.

Amal tersebut dikumpulkan Islamic Center dalam wadah terpisah dari sumbangan yang digunakan untuk menjalankan operasinya.

“Puasa hanya sebagian dari itu. Sebagian lagi dari Ramadhan adalah merasakan empati bagi mereka yang kekurangan. Jika Anda melihat Suriah sekarang, melihat di banyak negara lain, Anda akan merasakan rasa sakit mereka," ucap salah satu mantan pengurus masjid, Asif Mirza.

Dengan puasa di bulan Ramadhan, juga memunculkan pemahaman bagi mereka yang tidak bisa makan hingga kenyang dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih, saat ini setiap negara tengah dibayangi oleh inflasi tahun ini.

Akhir Ramadhan ditandai dengan perayaan selama tiga hari besar yang dikenal sebagai Idul Fitri. Hari libur Muslim yang setara dengan Natal ini kerap menjadi bahan perdebatan tentang tempatnya di kalender sekolah publik San Francisco.

Masjid San Fransisco ini kembali menggalang dana dengan target 200.000 dolar AS. Uang tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan program kegiatan masjid, mulai dari kelas bahasa Arab yang membantu orang dewasa memahami Alquran dalam bahasa aslinya, hingga acara open house untuk non-Muslim.

Tidak hanya itu, masjid ini juga ingin memiliki program mingguan untuk anak perempuan dan perjalanan berkemah remaja.

“Seiring dengan pertumbuhan anak-anak kami, mereka membutuhkan tempat yang bisa dipanggil sebagai mereka sendiri. Ini seperti mencoba menciptakan rasa kebersamaan yang lain, sehingga mereka tahu bahwa mereka berada di suatu tempat," kata Jennifer Mirza, istri Asif.