Green Muslims Perkenalkan Lefthar Alias Leftover Ifthar

Red: Esthi Maharani

Kamis 06 Apr 2023 05:50 WIB

Direktur Eksekutif Muslim Hijau Washington D.C Sevim Kalyoncu (kedua kanan)memberikan paparannya saat berkunjung ke kantor Republika di Jakarta, Rabu (5/4/2023).Kunjungan tersebut untuk mempromosikan kesadaran lingkungan dan memberikan sumber pendidikan lingkungan hidup yang diilhami secara spiritual dalam komunitas islam. Foto: Ahmad fauzi/Republika Direktur Eksekutif Muslim Hijau Washington D.C Sevim Kalyoncu (kedua kanan)memberikan paparannya saat berkunjung ke kantor Republika di Jakarta, Rabu (5/4/2023).Kunjungan tersebut untuk mempromosikan kesadaran lingkungan dan memberikan sumber pendidikan lingkungan hidup yang diilhami secara spiritual dalam komunitas islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eksekutif Director Green Muslims, Sevim Kalyoncu memperkenalkan konsep lefthar atau leftover ifthar. Secara sederhana, lefthar dapat diartikan makanan berlebih yang bisa dibawa untuk dimakan bersama komunitas setempat. Tujuannya tak lain agar mengurangi sampah makanan sekaligus mempererat persaudaraan di antara sesama muslim.

"Jadi ini seperti Green Ifthar untuk meniminalisasi sampah makanan selama Ramadhan. Biasanya di Islamic Center ketika ifthar mereka menyajikan makanan dengan Styrofoam dan gelas plastik. Mereka pakai Styrofoam karena murah sehingga bisa membeli lebih banyak makanan. Tetapi makanan itu pada akhirnya tetap terbuang," katanya saat berkunjung ke Republika, Rabu (5/4/2023).

Ia mengatakan persoalan sampah makanan masih kerap terjadi saat Ramadhan bahkan hingga hari ini. Namun, ia melihat ada sedikit perubahan terutama keinginan orang-orang untuk bertindak lebih agar masalah serupa bisa berkurang.

"Masalah ini masih berlangsung tetapi sekarang sudah banyak orang-orang yang bertanya bagaimana caranya mereka bisa membantu untuk mengurangi atau menghentikan masalah tersebut. Orang-orang mulai menyadari sekarang," katanya.

Ia memberikan contoh sekelompok pemuda Muslim di Washington D.C,  yang menggelar buka puasa bersama di National Mall. Mereka menyelenggarakan lefthar.

"Mereka membawa makanan berlebih yang ada di rumah untuk dimakan bersama saat ifthar. Mereka juga membawa piring, gelas dan alat makan sendiri. Ini sangat mudah dilakukan meski awalnya terasa asing. Tapi nyatanya kegiatan ini bisa terus berlangsung setiap tahun selama Ramadhan," katanya.

Oleh karena itu, ia mendorong masjid-masjid atau komunitas muslim di berbagai negara untuk mulai melakukan hal yang sama. Ia mengakui bahwa kegiatan itu pada awalnya akan terasa aneh dan asing, tetapi untuk mengurangi sampah makanan terutama di bulan Ramdhan, ia yakin hal itu patut dicoba dan dilakukan.