Imam Shamsi Ali: Ramadhan Ajarkan Pola Hidup Sederhana

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah

Senin 03 Apr 2023 06:42 WIB

Umat muslim menunggu waktu berbuka puasa di Masjid Al Lathiif, Jalan Saninten, Cihapit, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (27/3/2023). Selama Bulan Suci Ramadhan, DKM Al Lathiif menyediakan 400-500 paket takjil per hari berupa makanan dan minuman bagi warga yang akan berbuka puasa di Masjid Al Lathiif. Imam Shamsi Ali: Ramadhan Ajarkan Pola Hidup Sederhana Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA Umat muslim menunggu waktu berbuka puasa di Masjid Al Lathiif, Jalan Saninten, Cihapit, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (27/3/2023). Selama Bulan Suci Ramadhan, DKM Al Lathiif menyediakan 400-500 paket takjil per hari berupa makanan dan minuman bagi warga yang akan berbuka puasa di Masjid Al Lathiif. Imam Shamsi Ali: Ramadhan Ajarkan Pola Hidup Sederhana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Berpuasalah niscaya kalian sehat” (hadits).

Tak dapat disangkal berbagai penyakit fisik yang diderita manusia disebabkan oleh makanan yang dikonsumsinya. Mengkonsumsi makanan secara salah di sini saja diartikan sebagai makanan yang tidak halal dan sehat. Tapi juga dimaknai sebagai cara mengonsumsi yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam.

Baca Juga

Imam Masjid New York AS Imam Shamsi Ali menjelaskan dalam agama Islam mengonsumsi makanan itu ada beberapa acuannya, baik yang disampaikan melalui Alquran maupun sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Islam sebagai pedoman hidup (hudan) pastinya memberikan tuntunan dalam segala lini kehidupan. Termasuk di dalamnya tentang apa dan bagaimana mengonsumsi makanan yang Allah karuniakan.

Ada beberapa catatan penting yang Allah dan Rasul-Nya sampaikan tentang mengkonsumsi makanan ini. Kesemuanya terangkum dalam ayat-ayat Alquran dan hadits Rasulullah SAW.

Surat Al-Baqarah ayat 168 Allah sampaikan, “Makanlah kalian apa yang ada di bumi secara halal dan baik (halaalan thoyyiban).

Surah Al-A’raf ayat 31 Allah berfirman, “Dan makanlah dan minumlah kalian dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”.

Dalam hadits Rasulullah menjelaskan pun dijelaskan, “Tidaklah anak Adam memenuhi kantung yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika harus melebihkan, hendaknya sepertiga perutnya diisi dengan makanan, sepertiga dengan air, dan sepertiga untuk udara” (Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah).

Dari dua ayat Alquran dan satu hadits Rasulullah SAW yang dikutip di atas dapat disimpulkan Islam memberikan acuan yang jelas dan rinci untuk mengonsumsi makanan secara sehat dan baik.

Pertama, makanan itu dipersyaratkan halal

Halal di sini mencakup substansi makanan. Babi dan bahan makanan yang tercampur dengannya pasti haram. Demikian juga dengan alkohol dan segala yang terkait dengan alkohol pastinya haram.

Halal juga berhubungan dengan prosesnya. Daging sapi atau kambing itu halal. Tapi jika diproses tidak sesuai syariat, dipotong dengan tidak sesuai syariah atau makanan yang dipersembahkan kepada kesyirikan, termasuk sesajian maka hukumnya jadinya haram.

Halal juga terkait dengan sumber makanan itu. Secara substansi boleh halal tapi jika didapatkan dari sumber yang salah maka makanan itu berubah jadi haram.

Kedua, makanan itu dipersyaratkan thoyyib atau baik

Baik itu lawannya buruk. Buruk bisa karena memang tidak halal. Tapi halal juga belum tentu baik. Jika seseorang berpenyakit diabetes, gula yang halal menjadi tidak thoyyib (buruk).

Maka kata thoyyib bisa karena status hukumnya (halal). Bisa juga karena substansinya memang buruk atau membawa keburukan bagi yang mengkonsumsi.

Ketiga, makan juga diharuskan tidak berlebihan (israf)

Israf atau berlebihan artinya mengonsumsi makanan di lebih dari batas kebutuhan. Seringkali berlebihan yang justru membawa kepada prilaku tabdziir, bahkan menjadi mudhorat bagi yang mengkonsumsi.

Keempat, Rasulullah menekankan pentingnya kesederhanaan mengonsumsi makanan

Bahkan beliau menyebutnya dengan beberapa suapan untuk sekadar menegakkan punggungnya. Kalaupun lebih dari suapan maka pastikan pada kadar atau ukuran yang tidak berlebihan. Dalam ungkapan beliau sebutkan pentingnya distribusi makanan, minuman dan udara secara imbang.

Dalam hadits lain disebutkan hendaknya seseorang itu makan di saat lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Ini menekankan kesederhanaan dan agar makanan itu terasa kenikmatannya.

Bahwa puasa mengajarkan pola hidup sehat dan sederhana. Dan salah satu cara terpenting menjaga kesehatan adalah dengan memastikan makanan yang kita konsumsi itu halal, sehat, dan tidak berlebihan.

"Inilah sesungguhnya salah satu keberkahan dari puasa. Bahwa di bulan ini pastinya kita makan yang halal. Memastikan makan yang baik agar tetap fit dan sehat. Dan juga tentunya tidak berlebihan (israf),"ujar dia, Senin (3/4/2023).

Jangan sampai kata “fast” (puasa) di siang hari tergantikan menjadi “feast” (makan-makan) di malam hari. Apalagi terjadi tendensi balas dendam makan dan minum di malam hari.