REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH -- Bulan suci Ramadhan merupakan momen yang sangat dinantikan oleh Muslim seluruh dunia. Bukan hanya karena limpahan keberkahan dan nilai yang terkandung di dalamnya, bulan ini juga menjadi momen berkumpul bersama keluarga dan kerabat.
Begitu adzan Maghrib dikumandangkan dan menandai berakhirnya puasa di hari itu, masyarakat di seluruh Kerajaan lekas berbuka puasa dengan beragam hidangan tradisional khas daerah mereka. Banyak di antara kuliner lokal ini memiliki sejarah panjang dan terkenal.
Untuk buka puasa, ada kebiasaan berkumpul di rumah kepala keluarga. Seringkali buka puasa dilakukan dalam dua tahap, yaitu berbuka puasa dengan gahwa (kopi arab) dan kurma, dilanjutkan dengan hidangan utama dan shalat Maghrib.
Di wilayah barat, yang terdiri dari Makkah, Jeddah dan Madinah, buka puasa dimeriahkan dengan masakan Hijazi seperti roti shouraik, duggah (campuran bumbu Madini), berbagai jenis kurma seperti rutab dan sukkary, air Zamzam, sambosa, gahwa, balila dan foul.
Peneliti pusaka yang berbasis di Jeddah, Etidal Atiwi, mengatakan meja Ramadhan di wilayah Hijaz sangat kaya. Ramadhan memiliki cita rasa yang istimewa, karena hidangan yang dibuat pada bulan tersebut mengandung item khusus.
"Diperlukan persiapan yang dilakukan pada minggu terakhir Syaban (bulan sebelum Ramadhan dalam penanggalan Islam), yang mana semua bahan yang dibutuhkan untuk makanan tersebut telah disiapkan sebelumnya,” kata dia dikutip di Arab News, Jumat (31/3/2023).
Dua hidangan terpenting yang wajib hadir di meja Ramadan Hijazi adalah barley soup, yang dikenal dengan nama hab. Makanan ini terkenal dengan aromanya dan rasanya yang khas. Selain itu, ada sambosa yang merupakan pastry gurih berbentuk segitiga dan digoreng garing, diisi dengan berbagai jenis isian seperti daging giling atau ayam.
Atiwi menyebut foul merupakan makanan utama dalam buka puasa Hijazi yang tak terbantahkan. Hidangan ini seringnya disajikan dengan ghee dan suhaira, yang merupakan jenis roti khusus yang dibuat dari buncis dan rempah-rempah.
"Orang-orang sangat antusias untuk membuat roti ini, terutama di bulan Ramadan,” ucap Atiwi.
Foul adalah makanan pokok di meja buka puasa dan sahur di Timur Tengah selama Ramadhan. Meskipun setiap daerah dan negara memiliki gayanya masing-masing, di Hijaz memiliki rasa berasap (smoky) yang khas.
Untuk hidangan penutup, mereka menikmati pisang, almond, keju, krim kunafa, serta jubniya yang terbuat dari adonan kue, diisi dengan keju manis, kemudian digoreng dan dicelupkan ke dalam sirup gula.
Atiwi menyebut ini adalah makanan penutup yang sangat tua dan biasanya disajikan (untuk) buka puasa. Hidangan manis lain yang populer di wilayah ini adalah sagdana, yang terbuat dari sagu, susu dan gula.
Minuman menyegarkan yang banyak disajikan di wilayah ini adalah sobia, yang diyakini telah sampai ke Kerajaan melalui para peziarah Mesir ratusan tahun yang lalu. Terbuat dari barley, tepung terigu, roti kering dan gula, sobia biasanya dijual oleh pedagang kaki lima. Minuman populer lainnya adalah Qamr Al-Din, yaitu minuman aprikot yang kental dan manis.
Atiwi juga mencontohkan kebiasaan khusus rumah tangga Hijazi terkait dengan gelas air. Biasanya, cangkir atau gelas yang telah dicuci dan dikeringkan ini diasapi, dnegan tujuan memberikan aroma khas setelah digunakan.
"Selain itu, kami menambahkan tetes air mawar atau air kadi, untuk rasa yang menyegarkan dan banyak manfaat kesehatan," ujar dia.
Beberapa keluarga Hijazi terkenal yang menawarkan sobia terbaik adalah Al-Khosha di Madinah, Al-Khodari dan Al-Hussaini di Makkah, serta keluarga Hanbazaza di Jeddah.
Di wilayah tengah Saudi, masyarakatnya berbuka puasa dengan aseedah, margoog, mafrouk dan matazeez, yang disiapkan dengan biji-bijian coklat, daging sapi, sayuran, madu, bawang, atau ghee.
Salah satu warga Riyadh, Samirah Al-Anizi, mengatakan hnini kerap menjadi penanda di meja buka puasa. Ini adalah makanan penutup Najdi tradisional, yang terbuat dari kurma, roti cokelat, serta mentega dan dibumbui dengan kapulaga dan kunyit.
"Hidangan ini disajikan hangat atau pada suhu kamar selama musim dingin, karena memberikan energi dan kehangatan," kata Al-Anizi.
Dari Riyadh hingga Qassim, tawa adalah hidangan lain yang disajikan khusus untuk buka puasa. Makanan ini terbuat dari tepung gandum utuh, biji hitam dan gula.
Di Salam, salah satu hidangan paling populer adalah maqshush, terbuat dari soba yang dihias dengan kombinasi ghee, madu, kurma, tetes tebu dan gula. Hidangan tersebut juga dipilih sebagai makanan penutup nasional oleh Komisi Seni Kuliner Kementerian Kebudayaan Saudi, awal bulan lalu.
Di wilayah selatan Kerajaan, seperti Jazan, buka puasa terdiri dari hidangan manis dan gurih tradisional, seperti moghsh dan marsa, serta mashghoutha. Bisanya makanan ini terbuat dari tepung yang dicampur dengan susu segar dan disajikan panas dengan kurma. Sebagian besar keluarga menggunakan metode memasak tradisional untuk menyiapkan makanan.
Makanan pokok populer lainnya di wilayah ini adalah sup mogsh dalam mifa atau oven tradisional. Mangkuk dari batu akan menjadi tempat potongan daging, yang digabung dengan berbagai jenis sayuran.
“Menyiapkan sup mogsh adalah ciri paling menonjol di bulan Ramadhan. Keluarga akan bangun saat fajar dan menyalakan mifa, untuk menyiapkan sup dengan daging,” ucap seorang guru TK di Jazan, Nahla Zamim.
Sumber:
https://www.arabnews.com/node/2278666/saudi-arabia