Semangat Warka, Napi Berusia 81 Tahun Belajar Ngaji di Pesantren Ramadhan

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto

Jumat 31 Mar 2023 06:48 WIB

Warka (81), seorang warga binaan penghuni Lapas Indramayu semangat belajar membaca Iqro dalam kegiatan Pesantren Ramadhan, di Lapas Indramayu, Kamis (30/3/2023). Foto: Republika/Lilis Sri Handayani Warka (81), seorang warga binaan penghuni Lapas Indramayu semangat belajar membaca Iqro dalam kegiatan Pesantren Ramadhan, di Lapas Indramayu, Kamis (30/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, Lantunan suara bacaan Alquran menggema dari Masjid At-Taqwa Lapas Kelas IIB Indramayu, Kamis (30/3/2023) sekitar pukul 16.30 WIB. Bacaan ayat-ayat suci itu dilantunkan ratusan warga binaan (narapidana) yang mengikuti kegiatan Pesantren Ramadhan di lapas tersebut.

Dengan mengenakan baju putih dan berpeci, mereka duduk bersila membentuk beberapa barisan. Ada barisan bagi mereka yang masih belajar Iqro, adapula barisan yang sudah bisa membaca Iqro namun masih perlu belajar melancarkan bacaan Alquran. Setiap barisan didampingi oleh ustadz yang mengajari mereka.

 

photo
Suasana Pesantren Ramadhan di Lapas Indramayu, Kamis (30/3/2023). Kegiatan itu digelar pada 1-29 Ramadhan 1444 H dan diikuti ratusan warga binaan. - (Republika/Lilis Sri Handayani)

 

Para warga binaan belajar dengan penuh semangat. Seperti yang ditunjukkan oleh Warka (81), warga binaan tertua yang mengikuti Pesantren Ramadhan tersebut.

Warka berada di dalam barisan mereka yang masih belajar Iqro. Sepanjang hidupnya hingga kini memasuki usia senja, dia mengaku belum bisa membaca Alquran.

‘’Waktu di luar (sebelum menghuni Lapas) sibuk kerja, buat menuhin kebutuhan ekonomi istri dan anak. Belum pernah belajar ngaji. Baru di sini (Lapas) mulai belajar Iqro,’’ tutur Warka.

Pria asal Desa Cangko, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu itu mendekam di Lapas Indramayu sejak 2019 silam. Dia divonis 13 tahun dalam kasus patok tanah.

Sejak menjadi warga binaan di Lapas Indramayu, Warka bersemangat mengikuti berbagai kegiatan pembinaan, termasuk Pesantren Ramadhan. Dia belajar membaca huruf demi huruf Hijaiyah dalam buku Iqro. "Saya sekarang sudah Iqro dua," tutur Warka dengan bangga.

Warka mengakui, daya ingatnya yang sudah melemah menjadi kendala dalam belajar mengaji. Meski demikian, dia tak patah semangat dan terus belajar.

"Sudah belajar Iqro satu dan Iqro dua. Sekarang disuruh ngulang lagi karena ada yang lupa," tutur kakek dari dua orang cucu tersebut.

Warka mengungkapkan, dengan belajar mengaji, pikiran dan hatinya bisa menjadi tenang. Dia pun bertekad akan terus belajar membaca Alquran sebagai bekal di akhirat nanti.

"Kalau saya gak ada umur, saya punya bekal buat di akhirat. Belajar mengaji biar dapat ‘piala’ dari Gusti Allah," kata Warka.

Tak hanya Warka, seorang warga binaan lainnya, Karnoto (58), juga mengaku, seumur hidupnya belum pernah belajar mengaji. Karena itu, dia bersemangat belajar mengaji di Lapas Indramayu. "Dulu belum pernah belajar ngaji, belum bisa sholat. Sekarang di sini selalu sholat berjamaah, juga belajar mengaji," tutur Karnoto.

Sama seperti Warka, Karnoto pun masih tahap belajar Iqro. Dia juga mengaku hati dan pikirannya menjadi lebih tenang dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sementara itu, Kepala Lapas Indramayu, Beni Hidayat, menjelaskan, kegiatan Pesantren Ramadhan merupakan kegiatan rutin yang diadakan di Lapas Indramayu setiap kali tiba bulan suci Ramadhan. "Kami selenggarakan pada 1 – 29 Ramadhan," ujar Beni.

Beni menyebutkan, kali ini ada 120 warga binaan yang mengikuti Pesantren Ramadhan. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun kemarin yang hanya 50 warga binaan.

Dalam Pesantren Ramadhan itu, para peserta mengikuti pembelajaran maupun praktek wudhu, materi maupun praktek sholat, belajar mengaji dan ceramahaan keagamaan. Mereka juga akan menerima materi tentang tata cara memandingkan dan menyolatkan jenazah.

"Selama di luar, mereka jauh dari Tuham. Sudah saatnya di sini mereka memperbaiki diri," ujar Beni.

Beni menambahkan, selain Pesantren Ramadhan, para warga binaan juga tetap beraktivitas seperti biasanya. Sebagian mereka ada yang mengikuti kegiatan pertanian, pembuatan merchandise maupun kue.