Pandemi Usai, Tradisi Buka Puasa di Gang Sempit Dubai Semarak Lagi

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 30 Mar 2023 17:44 WIB

Pandemi Usai, Tradisi Buka Puasa di Gang Sempit Dubai Semarak Lagi Foto: Pexels Pandemi Usai, Tradisi Buka Puasa di Gang Sempit Dubai Semarak Lagi

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Ribuan orang kembali menghidupkan tradisi puluhan tahun dengan buka puasa di jalur sempit dekat Gold Souq tua, Dubai.

Melansir laman The National News, Kamis (30/3/2023), acara amal tahunan yang diselenggarakan oleh Pusat Kebudayaan Iman dimulai selama Ramadhan sejak tahun 1976, tetapi ditunda selama tiga tahun terakhir karena langkah-langkah keamanan Covid-19.

Baca Juga

Tahun ini, umat Islam kembali diperbolehkan untuk memberikan makanan kepada publik selama bulan suci, tetapi siapa pun yang melakukannya memerlukan izin dari Departemen Urusan Islam dan Kegiatan Amal (Iacad) Dubai. Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya otoritas memastikan makanan tersebut aman dan makanan didistribusikan ke berbagai tempat.

Orang-orang kembali memenuhi Masjid Lootah Deira. Sekitar 4.000 makanan gratis disajikan setiap hari dalam semangat bulan suci. Dan sebanyak seribu kotak kaldu kanji lainnya didistribusikan di area Muteena emirat.

"Pada 1976, ketika pusat budaya didirikan, hanya 200 orang yang menghadiri buka puasa kami,” kata PSM Habibullah Khan, Presiden Pusat Kebudayaan Iman.

Dahulu mereka memiliki 20 sukarelawan dan sekarang sebanyak 80 sukarelawan berkumpul setelah bekerja untuk membagikan makanan. Makanan tersebut disponsori oleh Ali Rashid Lootah, seorang pengusaha terkemuka di Dubai.

Dalam tiga tahun terakhir, ketika pertemuan tidak diizinkan, pusat budaya mendistribusikan makanan buka puasa di berbagai wilayah Dubai. “Orang-orang senang bisa kembali,” kata Sekretaris Jenderal Pusat Kebudayaan Iman Hameed Yasin.

Sorotan makanan buka puasa adalah kaldu kanji spesial, yang tetap sesuai dengan rasa asli dari negara bagian Tamil Nadu di India selatan. Bubur bergizi diolah menggunakan nasi, daging cincang, dan rempah-rempah.

Pada pukul 16.30, orang-orang dengan sabar menunggu dalam antrean sepanjang satu kilometer untuk menerima wadah kaldu putih yang harum untuk dibawa pulang. Pada saat yang sama, para relawan membentangkan terpal oranye dan biru di jalan-jalan berkelok-kelok yang mengelilingi masjid. Wadah plastik 500 mililiter berisi kanji diletakkan di tanah bersama dengan seporsi jeruk, kurma, air dan samosa atau makanan ringan goreng.

Mohammed Shafi, seorang pekerja pemeliharaan dari Bangladesh, telah menghadiri acara buka puasa selama 25 tahun terakhir. “Saya suka makanan yang disajikan di sini, terutama kanji,” ujarnya.

Sebanyak 28  bahan digunakan untuk menyiapkan kanji dalam panci aluminium besar di sebuah dapur di Sonapur. Tujuh orang mulai menyiapkan bahan pada pukul 19.00. Staf kembali pada pukul 05.00 keesokan harinya untuk memasak bubur dan mereka baru selesai sampai pukul 11 00.

Sebanyak 13 orang lainnya mengisi kaldu ke dalam wadah plastik dan memuat kotak ke truk pada pukul 15.00 waktu setempat. Sekitar 3.000 liter kanji disiapkan setiap hari, menggunakan 150 kilogram daging, 180 kilogram beras, dan 105 kilogram lentil. Bahan lainnya adalah kelapa, tomat, bawang merah dan bawang putih, serta rempah-rempah seperti daun salam, kapulaga, cengkeh, dan kayu manis.

Jagir Hussain, koki utama di dapur, tiba dari Tamil Nadu bersama dua koki lainnya tahun ini hanya untuk menyiapkan kanji selama bulan suci. “Kanji memiliki banyak manfaat kesehatan bagi mereka yang berpuasa. Makanan ini memiliki bahan-bahan alami dan mudah dicerna," ujar Hussain.

Bubur adalah favorit Ramadhan di Tamil Nadu. Kanji yang bergizi telah menarik ribuan orang ke tanah di Deira, dari turis hingga pekerja dan pebisnis. Beberapa dari mereka telah mengakhiri puasa mereka di Masjid Lootah selama beberapa dekade. Mohammed Zaver, seorang pelukis dari Bangladesh, telah hadir selama 20 tahun.

“Tiga tahun terakhir saya mengumpulkan satu kotak buka puasa setiap hari selama Ramadhan dan mengakhiri puasa saya di rumah bersama dua atau tiga teman. Tapi tahun ini, saya senang bisa makan bersama orang-orang dari semua lapisan masyarakat. Kami juga sholat Maghrib berjamaah di masjid," ujar Zaver.

Sekitar 100 orang duduk di dalam masjid dan 3.900 lainnya harus menemukan tempat di luar terpal. Shihabudheen, dari negara bagian Kerala, India, bekerja sebagai penjual di salah satu toko di daerah tersebut. Dia duduk bersama sekelompok temannya di atas terpal.

Saat magrib, saat adzan berkumandang, ribuan kotak kanji dibuka sekaligus. Tak lama kemudian, jamaah memasuki masjid untuk sholat maghrib, seringkali dengan teman baru yang mereka temui di pertemuan itu. Mereka berkumpul dalam semangat Ramadhan, bulan puasa, doa, refleksi dan komunitas.