REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dr dr Fathiyah Isbanlah mengatakan, pasien tuberkulosis (TB) bisa berpuasa selama Ramadhan. Apalagi, bila jadwal meminum obatnya hanya sekali dalam sehari.
"Bagi pasien TB yang sedang minum obat tidak ada halangan untuk menjalankan ibadah puasa terlebih lagi kalau minum obatnya hanya sekali dalam sehari, bisa disiasati yaitu sebelum sahur," ujar dia dalam webinar bertema "Ayo Bersama Akhiri TBC", Kamis (30/3/2023).
Fathiyah mengatakan, apabila pasien mengalami mual dan muntah berlebihan maka dia disarankan tak berpuasa dulu dan menggantinya pada bulan lain. Dia juga menyarankan pasien mendapatkan asupan makanan yang bergizi saat berbuka puasa dan sahur, serta menghindari hidangan rendah nutrisi seperti makanan cepat saji.
"Tetap intake-nya bagus, makan yang bagus saat berbuka puasa dan sahur. Jangan makan makanan fast food misalnya, yang kurang mengandung gizinya," kata dia yang berpraktik di RSUP Persahabatan itu.
Khusus untuk nasi, menurut dia, tak ada larangan bagi pasien untuk mengonsumsinya asalkan mereka memperhatikan jumlah asupannya terutama bagi yang juga mengalami diabetes. Sementara untuk asupan suplemen vitamin D, Fathiyah mengatakan pasien perlu mengatur jadwal meminumnya walaupun tidak ada interaksi yang ditemukan apabila diminum bersamaan dengan obat TB.
Dia menyarankan obat TB diminum sebelum makan, sementara vitamin D setelah makan. Namun, dia mengingatkan sebelum pasien dan bahkan orang-orang pada umumnya meminum suplemen vitamin D, agar memeriksakan dulu kadar vitamin D mereka.
"Semua vitamin berperan dalam membangun sistem imun kita, salah satunya vitamin D. Untuk dosisnya, kita harus tahu dulu kadar vitamin D kita bagaimana. Kalau sangat under, harus kita kejar misalnya dengan dosis 5.000 IU per hari," kata dia. Selain asupan, Fathiyah juga membahas aktivitas yang bisa dilakukan pasien TB selama Ramadhan, yakni mereka tetap bisa berkegiatan seperti biasanya pada bulan-bulan lain.