REPUBLIKA.CO.ID,DUBAI -- Ribuan orang terlihat mengambil bagian dalam menghidupkan kembali tradisi berumur puluhan tahun. Mereka hadir untuk meramaikan pertemuan buka puasa bersama di jalur sempit, dekat Gold Souq tua Dubai.
Acara amal tahunan yang diselenggarakan oleh Pusat Kebudayaan Iman dimulai selama Ramadhan pada 1976. Tetapi kegiatan serupa sempat ditunda selama tiga tahun terakhir, karena langkah-langkah keamanan Covid-19.
Tahun ini, pemerintah setempat mengizinkan siapapun membagikan makanan kepada publik selama bulan suci. Tetapi, bagi setiap penyelenggara wajib mendapat izin dari Departemen Urusan Islam dan Kegiatan Amal (Iacad) Dubai. Kebijakan tersebut diambil sebagai bagian dari upaya otoritas untuk memastikan makanan aman dan didistribusikan ke berbagai tempat.
Untuk mengembalikan suasana lama, Muslim setempat berduyun-duyun memenuhi Masjid Lootah Deira. Sekitar 4.000 makanan gratis disajikan setiap hari dalam semangat bulan suci, sedangkan 1.000 kotak kaldu kanji lainnya didistribusikan di area Muteena emirat.
“Pada tahun 1976, ketika pusat budaya didirikan, hanya 200 orang yang menghadiri buka puasa kami. Hari ini, lebih dari 4.000 orang mengakhiri puasa mereka di masjid Lootah,” kata Presiden Pusat Kebudayaan Iman, PSM Habibullah Khan, dikutip di The National News, Kamis (30/3/2023).
Khan menyebut pihaknya dulu memiliki 20 sukarelawan untuk membantu menyiapkan santapan buka. Saat ini, mereka memiliki 80 sukarelawan yang berkumpul setelah bekerja untuk membagikan makanan tersebut.
Makanan tersebut disponsori oleh Ali Rashid Lootah, seorang pengusaha terkemuka di Dubai. Dalam tiga tahun terakhir, ketika pertemuan serupa tidak diizinkan, pusat budaya mendistribusikan makanan buka puasa di berbagai wilayah Dubai.
“Orang-orang senang bisa kembali. Kegembiraan terlihat jelas di wajah mereka,” kata Sekretaris Jenderal Pusat Kebudayaan Iman, Hameed Yasin.
Tokoh utama buka puasa ini adalah kaldu kanji spesial, yang disiapkan sesuai dengan rasa asli dari negara bagian Tamil Nadu di India selatan. Bubur bergizi ini diolah menggunakan nasi, daging cincang dan rempah-rempah.
Pada pukul 16.30 waktu setempaat, terlihat orang-orang dengan sabar menunggu dalam antrean sepanjang satu kilometer untuk menerima wadah kaldu putih nan harum ini untuk dibawa pulang.
Pada saat yang sama, para relawan membentangkan terpal oranye dan biru di jalan-jalan berkelok, yang mengelilingi masjid. Wadah plastik 500ml berisi kanji diletakkan di atas terpal itu bersama seporsi jeruk, kurma, air dan samosa atau makanan ringan goreng.
Seorang pekerja pemeliharaan dari Bangladesh, Mohammed Shafi, menyebut ditinya telah menghadiri acara buka puasa ini selama 25 tahun terakhir. “Saya suka makanan yang disajikan di sini, terutama kanji,” ujar dia.
Dua puluh delapan bahan digunakan untuk menyiapkan kanji dalam panci aluminium besar di sebuah dapur di Sonapur. Tujuh orang mulai menyiapkan bahan pada pukul 7 malam.
Staf tersebut kembali pada jam 5 pagi keesokan harinya, untuk memasak bubur, yang mana belum selesai sampai jam 11 pagi. 13 orang lainnya mengisi kaldu ke dalam wadah plastik dan memuat kotak ke truk pada jam 3 sore.
Sekitar 3.000 liter kanji disiapkan setiap hari, menggunakan 150 kg daging, 180 kg beras dan 105 kg lentil. Bahan lainnya adalah kelapa, tomat, bawang merah dan bawang putih, serta rempah-rempah seperti daun salam, kapulaga, cengkeh dan kayu manis.
Chef utama di dapur, Jagir Hussain, tiba dari Tamil Nadu bersama dua chef lainnya tahun ini, hanya untuk menyiapkan kanji selama bulan suci. Bubur tersebut adalah makanan favorit selama Ramadhan di Tamil Nadu.
“Kanji memiliki banyak manfaat kesehatan bagi mereka yang berpuasa. Makanan ini memiliki bahan-bahan alami dan mudah dicerna," ucap Hussain.
Kanji yang bergizi itu telah menarik ribuan orang ke tanah di Deira, mulai dari turis hingga pekerja dan pebisnis. Beberapa dari mereka bahkan telah mengakhiri puasa mereka di Masjid Lootah selama beberapa dekade.
Salah satunya adalah seorang pelukis dari Bangladesh, Mohammed Zaver, yang telah mengikuti kegiatan ini selama 20 tahun. Selama tiga Ramadhan terakhir, ia mengumpulkan satu kotak buka puasa setiap hari dan mengakhiri puasa saya di rumah bersama dua atau tiga teman.
"Tapi tahun ini, saya senang bisa makan bersama orang-orang dari semua lapisan masyarakat. Kami juga shalat Maghrib berjamaah di masjid,” ucap dia.
Sekitar 100 orang duduk di dalam masjid dan 3.900 lainnya harus menempati tempat yang disediakan di luar bangunan. Saat Maghrib, atau saat adzan berkumandang, ribuan kotak kanji dibuka sekaligus.
Tak lama kemudian, jamaah akan bergerak memasuki masjid untuk shalat Maghrib berjamaah. Bersama kerabat maupun teman baru yang mereka temui di pertemuan itu, Muslim yang ada berkumpul dalam semangat Ramadhan, bulan puasa, doa, refleksi dan komunitas.
Sumber: