Hikmah Puasa untuk Kebaikan Lahiriah dan Batiniah

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 30 Mar 2023 15:09 WIB

Sejumlah Warga Binaan Permasyarakatan (WBP) bersama kerabat dan petugas melaksanakan sholat usai berbuka puasa bersama di Lapas Kelas IIA Pontianak di Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Rabu (29/3/2023). Selama bulan Ramadhan 1444 Hijriah, Lapas Kelas IIA Pontianak memberikan kesempatan kepada WBP untuk berbuka puasa bersama keluarga inti agar hubungan silaturahim kekeluargaan tidak terputus. Hikmah Puasa untuk Kebaikan Lahiriah dan Batiniah Foto: ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang Sejumlah Warga Binaan Permasyarakatan (WBP) bersama kerabat dan petugas melaksanakan sholat usai berbuka puasa bersama di Lapas Kelas IIA Pontianak di Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Rabu (29/3/2023). Selama bulan Ramadhan 1444 Hijriah, Lapas Kelas IIA Pontianak memberikan kesempatan kepada WBP untuk berbuka puasa bersama keluarga inti agar hubungan silaturahim kekeluargaan tidak terputus. Hikmah Puasa untuk Kebaikan Lahiriah dan Batiniah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebentar lagi umat Islam di seluruh dunia akan memasuki bulan suci Ramadhan. Ada banyak sekali hikmah dan manfaat puasa untuk kebaikan lahiriah dan batiniah. 

Di dalam Surat Al Baqarah Ayat 183, Allah SWT mewajibkan orang-orang beriman untuk melaksanakan ibadah puasa. Dalam tafsir Kementerian Agama (Kemenag) dijelaskan puasa memiliki hikmah untuk kebaikan lahir, seperti menyembuhkan penyakit dan kebaikan batin, seperti mendidik jiwa serta mengendalikan hawa nafsu. 

Baca Juga

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al Baqarah: 183)

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa guna mendidik jiwa, mengendalikan syahwat, dan menyadarkan bahwa manusia memiliki kelebihan dibandingkan hewan. Sebagaimana (puasa) diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu dari umat para Nabi terdahulu agar kamu bertakwa dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. (Tafsir Ringkas Kemenag)

Dalam tafsir Kemenag disebutkan para ulama banyak memberikan uraian tentang hikmah berpuasa. Misalnya untuk mempertinggi budi pekerti, menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin, orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, melatih jiwa dan jasmani, menambah kesehatan dan lain sebagainya. 

Uraian tersebut ada benarnya, walaupun tidak mudah dirasakan oleh setiap orang. Karena, lapar, haus dan lain-lain akibat berpuasa tidak selalu mengingatkan kepada penderitaan orang lain. Malah bisa mendorongnya untuk mencari dan mempersiapkan bermacam-macam makanan pada siang hari untuk melepaskan lapar dan dahaganya di kala berbuka pada malam harinya. 

Begitu juga tidak akan mudah dirasakan oleh setiap orang yang berpuasa bahwa puasa itu membantu kesehatan. Walaupun para dokter telah memberikan penjelasan secara ilmiah bahwa berpuasa memang benar-benar dapat menyembuhkan sebagian penyakit, tetapi ada pula penyakit yang tidak membolehkan berpuasa. 

Kalau diperhatikan perintah berpuasa pada bulan Ramadhan, maka pada permulaan ayat 183 secara langsung Allah menunjukkan perintah wajib itu kepada orang yang beriman. Orang yang beriman akan patuh melaksanakan perintah berpuasa dengan sepenuh hati, karena ia merasa kebutuhan jasmaniah dan rohaniah adalah dua unsur yang pokok bagi kehidupan manusia yang harus dikembangkan dengan bermacam-macam latihan, agar dapat dimanfaatkan untuk ketenteraman hidup yang bahagia di dunia dan akhirat. 

Pada ayat 183 ini Allah mewajibkan puasa kepada semua manusia yang beriman, sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum mereka agar mereka menjadi orang yang bertakwa. Jadi, puasa sungguh penting bagi kehidupan orang yang beriman. 

Kalau kita selidiki macam-macam agama dan kepercayaan pada masa sekarang ini, dijumpai bahwa puasa salah satu ajaran yang umum untuk menahan hawa nafsu dan lain sebagainya. 

Perintah berpuasa diturunkan pada bulan Sya'ban tahun kedua Hijriyah, ketika Nabi Muhammad SAW mulai membangun pemerintahan yang berwibawa dan mengatur masyarakat baru. Maka dapat dirasakan, bahwa puasa itu sangat penting artinya dalam membentuk manusia yang dapat menerima dan melaksanakan tugas-tugas besar dan suci.