REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedagang layangan di kawasan Banjir Kanal Timur (BKT) Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, mengalami peningkatan penjualan mencapai Rp 400 ribu per hari. Biasanya sebelum Ramadhan, omzet penjualan Rp 300 ribu per hari.
"Saat bulan puasa naik," kata salah satu pedagang layangan, Wahyu (58) di kawasan BKT, Jakarta Timur, Selasa (28/3/2023).
Hal itu terjadi karena banyak warga main layangan untuk menunggu waktu berbuka puasa (ngabuburit) di BKT. Terlebih pada akhir pekan, banyak warga yang membawa keluarganya untuk bermain layangan di BKT sambil ngabuburit.
Harga layangan yang dijualnya pun berkisar dari Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per layangan. Wahyu tak hanya menjual layangan saja, namun juga menjual benang kenur dan benang gelasan yang biasa digunakan untuk memutuskan layangan lawannya.
Harga benang gelasan berkisar dari Rp 2.000 hingga Rp 80 ribu per gulungan. Yang membedakannya adalah kualitas ketajaman benang gelasan tersebut. "Kalau anak-anak biasanya beli yang harganya Rp 2.000. Tapi, ada juga orang dewasa yang beli gelasan dengan harga Rp 50 ribu hingga Rp 80 ribu per gulungan," kata Wahyu yang sudah berjualan sejak tahun 2002.
Pedagang lainnya, Jali, mengaku pendapatannya yang didapat dari hasil penjualan layangan cukup lumayan, yakni mencapai Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per hari.Hal itu lantaran jumlah layangan dan benang gelasan yang dijualnya tak begitu banyak.
"Di bulan Ramadhan ini banyak warga yang bermain layangan untuk menunggu waktu berbuka puasa," ujarnya. Menurut dia, warga yang bermain layangan di BKT tak hanya berasal dari warga sekitar, melainkan ada juga yang berasal dari Mampang, Manggarai, Klender dan Bekasi.