REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Puasa dapat memberikan dampak positif tidak hanya kesehatan tubuh namun juga mental. Hal ini yang dirasakan sejumlah muslim, dan ahli pun telah menyatakan keterkaitan puasa dengan kesehatan mental.
Tahseen Akhtar (28 tahun) dari Manchester merupakan satu dari dua miliar Muslim di seluruh dunia yang saat ini menjalankan ibadah puasa Ramadan.
"Bagi saya, Ramadhan tidak hanya berpantang dari makanan dan air, itu adalah detoksifikasi tubuh dan pikiran sepenuhnya,” kata Tahseen, dilansir dari laman Metro pada Ahad (26/3/2023)
Adapun selama Ramadhan umat Islam akan menghabiskan waktu untuk refleksi, meningkatkan ibadah, amal, komunitas dan puasa. Ini adalah waktu evaluasi dan peningkatan diri, kesempatan untuk memperkuat ikatan dengan iman, Allah, dan komunitas.
Dan bagi banyak orang, rutinitas disiplin dan fokus pada kesadaran ini merupakan dorongan besar bagi kesehatan mental mereka. Tahseen memiliki kecemasan, dan mengatakan bahwa Ramadhan sangat membantu dalam mengatasi kondisinya.
"Karena Ramadhan adalah waktu untuk berdoa dan berefleksi, ini membantu saya untuk tetap tenang dan tetap membumi, yang memungkinkan saya untuk beradaptasi dengan mekanisme penanganan yang lebih baik jika gejala kecemasan muncul. Saya benar-benar merasakan gejala saya merasa gelisah, dan terlalu banyak berpikir berkurang secara signifikan di bulan Ramadhan," papar Tahseen.
"Itu memungkinkan saya untuk melihat ke dalam dan terhubung kembali dengan diri saya sendiri. Hiruk pikuk kehidupan sehari-hari sering membuat kita lupa akan apa yang penting," lanjut dia.
Di samping itu, Nubaid Haroon (31) turut merasakan manfaat positif dari puasa. Menurut dia, Ramadhan meredakan kegelisahannya.
"Bagi saya Ramadan adalah tentang fokus. Saya beruntung untuk mengatakan bahwa saya tidak menderita depresi tetapi kecemasan adalah kejadian biasa selama Ramadhan fokus saya adalah semua pada keyakinan batin saya yang memungkinkan saya untuk tetap berada di saat ini yang bukan sesuatu yang bisa kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari," kata dia.
"Selama Ramadhan Anda mematikan semua kebisingan dan menjadi satu dengan gagasan berada di sini, hari ini dan tidak di tempat lain," lanjut dia.
Di sisi lain bagi Sebina Hussain (31) Ramadhan sebelumnya telah membantunya mengatasi depresi pascamelahirkan.
"Tahun lalu, saya berjuang dengan depresi pascapersalinan, dan saya menemukan bahwa Ramadhan mendorong saya untuk membuat rutinitas yang membantu," ucap Sebina.
Ibu baru diperbolehkan untuk tidak berpuasa selama bulan Ramadhan. Akan tetapi Sebina, dari London, mengatakan bahwa melewati dari bagian bulan ini berdampak negatif padanya di masa lalu. "Saya merasa saya ketinggalan," kata dia.
Ramadhan dapat memiliki manfaat kesehatan mental yang positif. Hal ini juga yang diungkapkan Psikoterapis perilaku kognitif, Humza Khan.
"Bagian penting dari perawatan diri selama Ramadhan adalah welas asih bersikap baik kepada diri sendiri. Ini berarti mendengarkan tubuh Anda dan menghormatinya. Ramadhan adalah kesempatan untuk mulai membangun kebiasaan baru dan sehat, atau memperkuat praktik yang sudah ada. Kita dapat menerapkan aspek-aspek perawatan diri dan perhatian penuh dari Ramadhan ke dalam kehidupan kita sehari-hari, apakah kita membangun rutinitas atau struktur baru pada apa yang ingin kita lakukan sehari-hari," kata dia.
"Ramadhan adalah kesempatan untuk mengalihkan fokus kita dari kekhawatiran yang tidak dapat kita kendalikan atau tidak terjadi sekarang, dengan berusaha untuk hadir. Saat kami berdoa, kami selalu berusaha untuk hadir sedekat mungkin, saat kami memusatkan perhatian pada pendirian, postur tubuh, ayat-ayat yang dibacakan, dan tindakan yang harus kami lakukan," lanjut dia.
Sumber:
https://metro.co.uk/2023/03/24/the-positive-effects-of-ramadan-on-mental-health-i-feel-invigorated-18486004/?ito=newsnow-feed