REPUBLIKA.CO.ID, Kabupaten Bangka Barat yang berada di ujung barat Pulau Bangka memiliki beragam tradisi dan budaya yang hingga saat ini masih dilaksanakan dan dijaga kelestariannya, agar bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya. Tradisi yang berkembang ini memiliki nilai-nilai kearifan lokal dan selaras dengan nilai-nilai agama yang dianut warga setempat.
Dalam beberapa tahun terakhir, tradisi Dodol Bergema yang Desa Penyampak telah resmi menjadi salah satu agenda tahunan pariwisata di Kabupaten Bangka Barat dan diharapkan pelaksanaannya semakin menarik dan meriah. Kata "bergema" sendiri merupakan akronim dari bersama bersatu bergerak maju. Pembuatan Dodol Bergema dilakukan mendekati Ramadhan.
Camat Tempilang, Rusian, mengatakan, masyarakat di kecamatan ini memiliki ragam tradisi dan budaya yang khas untuk dijadikan daya tarik wisatawan. Selain Dodol Bergema, juga ada adat perang ketupat yang biasanya dilaksanakan pada hari ke-15 atau pekan ketiga di bulan Syaban dalam kalender Hijriah.
Kecamatan Tempilang juga memiliki situs Benteng Kota yang menjadi salah satu cagar budaya Kabupaten Bangka Barat. "Berbagai potensi ini akan terus kita lestarikan dan kembangkan untuk mendukung kemajuan sektor pariwisata," kata Rusian.
Hal senada dikatakan Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming. Ia mengatakan, pariwisata di Tempilang suatu saat akan maju, bahkan bisa menjadi salah satu tujuan utama wisatawan yang datang di Babel.
"Kami optimistis akan terus berkembang, Pemkab Bangka Barat juga mendukung agenda pariwisata tradisi dan budaya yang ada. Bahkan kita sedang merencanakan untuk membuatkan peraturan daerah guna memudahkan dalam dukungan anggaran dan fasilitasi," kata Bong Ming Ming.
Selain potensi tradisi dan budaya yang ada, potensi keindahan pantai di daerah itu juga tidak kalah menawan dibandingkan daerah lain. Namun, permasalahan utama yang dihadapi saat ini adalah usaha untuk mengemas berbagai agenda wisata tersebut agar semakin menarik dan mampu menyedot pengunjung luar daerah, bahkan mancanegara.
Agenda wisata yang secara umum dilaksanakan secara meriah diharapkan tidak mengikis semangat, kesakralan, dan nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi masyarakat dalam menyambut Ramadhan yang diyakini menjadi bulan penuh keberkahan, ampunan, rahmat, serta kasih sayang Allah SWT. Kesiapan dalam menjalankan ibadah puasa memiliki banyak keutamaan baik untuk diri pribadi maupun dalam menjalin hubungan sesama manusia serta dengan Sang Pencipta.