Rabu 22 Mar 2023 16:30 WIB

Pedagang Pakaian Bekas Impor di Pasar Cimol Gedebage Pilih Tutup Sementara

Pedagang pakaian bekas ketakutan karena didatangi petugas polisi dan Kemendag

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Penjual menata pakaian bekas impor di salah satu kios di Pasar Cimol Gedebage, Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023). Presiden Joko Widodo menyatakan melarang bisnis pakaian bekas impor atau thrifting yang saat ini tengah populer di masyarakat karena mengganggu industri tekstil dalam negeri. Meski demikian, pedagang di pasar itu menolak larangan tersebut karena dinilai merugikan pedagang dan hilangnya pendapatan mereka.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Penjual menata pakaian bekas impor di salah satu kios di Pasar Cimol Gedebage, Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023). Presiden Joko Widodo menyatakan melarang bisnis pakaian bekas impor atau thrifting yang saat ini tengah populer di masyarakat karena mengganggu industri tekstil dalam negeri. Meski demikian, pedagang di pasar itu menolak larangan tersebut karena dinilai merugikan pedagang dan hilangnya pendapatan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Para pedagang pakaian bekas impor di Pasar Cimol Gedebage, Kota Bandung memilih menutup toko untuk sementara sejak Selasa (21/3/2023). Keputusan diambil setelah kebijakan pemerintah tentang larangan pakaian bekas impor keluar.

"Ini (penutupan) kami inisiatif dari pedagang kalau pedagang eceran memang tidak ada larangan cuma karena ada dampak kemarin supaya masalah bisa reda makanya kami tutup nanti akan buka lagi," ujar Ketua Paguyuban Pasar Cimol Gedebage Rusdianto, Rabu (22/3/2023).

Ia mengatakan larangan untuk menutup kios tidak ada. Namun, para pedagang berinisiatif agar suasana lebih dapat adem dan tenang.

Sejak larangan pakaian bekas impor, ia mengatakan petugas dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) didampingi Polda Jawa Barat telah datang ke pasar Cimol Gedebage menyita beberapa bal pakaian bekas impor. Peristiwa tersebut membuat resah para pedagang.

"Sampai sekarang atas nama pedagang resah," katanya.

Ia mengatakan terdapat 1.100 lebih kios pedagang yang menggantungkan hidup ke usaha pakaian bekas impor. Namun, sejak pelarangan pakaian bekas impor pedagang sudah tidak mendapatkan suplai barang.

Rusdi berharap pemerintah dapat mencari solusi masalah yang dihadapi para pedagang agar dapat berusaha seperti sedia kala. Ia pun berharap larangan  pakaian bekas impor memiliki batas waktu tertentu.

"Kalau sehari tidak jualan sehari tidak bisa makan. Ini kita jualan tidak mencari penghasilan yang wah-wah, yang penting bisa memperpanjang hidup saja," ungkapnya.

Rusdi menambahkan ia berharap para pedagang eceran agar dapat berjualan seperti biasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement