Cara Menentukan Awal Ramadhan Menurut Jumhur Ulama

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil

Kamis 16 Mar 2023 22:11 WIB

Cara Menentukan Awal Ramadhan Menurut Jumhur Ulama. Foto: Tim gabungan Kemenag Lhokseumawe dan Mahasiswa Ilmu Falak Astronomi Islam memantau hilal bulan sabit muda pertama melalui teleskop di lokasi pemantauan Nasional Rukyatul Hilal Bukit Blang Tiron, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (1/4/2022). Kementerian Agama menggelar pemantauan hilal (rukyatul hilal) di 101 lokasi titik di seluruh Indonesia, enam titik diantaranya di Aceh tersebut tidak terlihat hilal, sehingga awal Ramadhan ditetapkan pada 3 April 2022. Foto: ANTARA/Rahmad Cara Menentukan Awal Ramadhan Menurut Jumhur Ulama. Foto: Tim gabungan Kemenag Lhokseumawe dan Mahasiswa Ilmu Falak Astronomi Islam memantau hilal bulan sabit muda pertama melalui teleskop di lokasi pemantauan Nasional Rukyatul Hilal Bukit Blang Tiron, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (1/4/2022). Kementerian Agama menggelar pemantauan hilal (rukyatul hilal) di 101 lokasi titik di seluruh Indonesia, enam titik diantaranya di Aceh tersebut tidak terlihat hilal, sehingga awal Ramadhan ditetapkan pada 3 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi 1 Ramadhan 1444 H jatuh pada Kamis 23 Maret 2023. Namun demikian bagaimana sebenarnya cara menentukan awal Ramadhan itu?

Para ulama menggunakan dua cara dalam menentukan awal Ramadhan. Pertama dengan ru'yah atau disebut juga Ru'yatul Hilal. Ru'yat berarti melihat dengan mata sedangkan hilal artinya bulan sabit. Ahmad Zarkasih dalam bukunya Bekal Ramadhan menjelaskan bahwa maksudnya yang dilihat itu adalah keberadaan bulan di awal yang bentuknya masih sabit, Berlin terlihat bulat dari bumi.

Baca Juga

Penentuan awal bulan Ramadhan adalah jika hilal sudah terlihat di tanggal 29 Sya'ban, sesaat setelah terbenamnya matahari. Melakukan ru'yatul hilal adalah cara yang disyariatkan di dalam agama dan diperintahkan oleh Rasulullah SAW.

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته

Berpuasalah kamu saat melihatnya (hilal) dan berifthar saat melihatnya (HR. Bukhari).

Kedua, menggenapkan atau istikmal yakni menggenapkan hitungan bulan menjadi tiga puluh hari pada saat hilal tidak nampak di tanggal 29 Sya'ban. Ini diambil jika memang kondisi langit ketika itu tidak memungkinkan untuk kita melihat hilal. Entah karena awan gelap, cuaca mendung atau bahkan hujan lebat. Maka yang dilakukan ketika itu adalah melengkapi bilangan bulan Sya'ban sebanyak 30 hari

فإن غم عليكم فأكملوا العدة ثلاثين

Bila tidak nampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Sya'ban menjadi 30 hari. (HR Bukhari dan Muslim)

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فإن حال بينكم وبينه سحابة فأكملوا العدة ولا تستقبلوا الشهر استقبالا

Berpuasalah kamu dengan melihat hilal dan berbukalah kamu dengan melihatnya juga. Tetapi bila ada awan yang menghalangi, maka genapkanlah hitungan dan jangan menyambut bulan baru (HR. Nasai dan Hakim)

Jadi bulan Sya'ban digenapkan bilangannya menjadi 30 hari. Dan inilah pendapat kebanyakan para ulama (jumhur ulama) sepajang masa. Dan memang bilangan bulan tidak mungkin lebih dari 30 hari, karena memang itupun sudah diberitahukan oleh nabi Muhammad SAW.

إنا أمة أمية لا نكتب ولا نحسب الشهر هكذا وهكذا : يعني مرة تسعة وعشرين ومرة ثلاثين

Kita adalah umat yang ummi, tidak menulis atau berhitung. Satu bulan itu adalah ini dan ini, maksudnya kadang-kadang 29 hari dan kadang-kadang 30 hari (HR. Bukhari Muslim)

Terpopuler