Mengenal Rukyatul Hilal untuk Menentukan Kapan Awal Puasa Ramadhan

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil

Kamis 16 Mar 2023 21:30 WIB

Mengenal Rukyatul Hilal untuk Menentukan Kapan Awal Puasa Ramadhan. Foto: Tim rukyatul hilal dari Nahdlatul Ulama (NU) Kota Surabaya merekam menggunakan ponsel saat mengamati posisi bulan (hilal) di atas Masjid Al-Mabrur, Nambangan, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (1/5/2022). Dalam pengamatan tersebut tim gagal melihat bulan yang menandai awal Bulan Syawal 1443 Hijriyah atau Hari Raya Idul Fitri karena langit tertutup awan. Foto: ANTARA/Moch Asim/nz Mengenal Rukyatul Hilal untuk Menentukan Kapan Awal Puasa Ramadhan. Foto: Tim rukyatul hilal dari Nahdlatul Ulama (NU) Kota Surabaya merekam menggunakan ponsel saat mengamati posisi bulan (hilal) di atas Masjid Al-Mabrur, Nambangan, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (1/5/2022). Dalam pengamatan tersebut tim gagal melihat bulan yang menandai awal Bulan Syawal 1443 Hijriyah atau Hari Raya Idul Fitri karena langit tertutup awan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang Ramadhan berbagai negara dengan mayoritas muslim akan disibukkan oleh pemantauan hilal di berbagai tempat.

Mengutip buku Hisab dan Rukyat tulisan Riza Arfian Mustaqim praktik rukyatul hilal di Indonesia dimulai sejak awal Islam masuk ke nusantara pada abad pertama Hijriah. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kewajiban umat Islam untuk melihat hilal sebelum melaksanakan ibadah puasa Ramadan dan hari raya Idul Fitri.

Baca Juga

Fenomena yang berkembang adalah pada tiap-tiap tanggal 29 Syakban dan 29 Ramadan umat Islam berbondong-bondong menuju bukit atau pantai untuk memastikan keberadaan hilal pada ufuk barat setelah terbenamnya matahari. Ketika terlihat pada saat pengamatan maka malam tersebut merupakan tanggal pertama bulan setelahnya, akan tetapi ketika hilal tidak terlihat maka malam tersebut digenapkan menjadi malam ketiga puluh bulan yang sedang berlangsung, sedangkan tanggal satu bulan berikutnya jatuh pada malam berikutnya.

Metode implementasi rukyat mengalami revolusi dari waktu ke waktu. Ini sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pada saat itu. Sehingga merukyat hilal berangkat dari penggunaan mata telanjang sampai dengan penggunaan teknologi-teknologi otomatis.

Hilal berasal dari kata wazan halla wa ahalla yang artinya tampak dan terlihat sedangkan kata hilal sendiri merupakan bentuk mashdar dari kata haalla. Jamak dari hilal adalah ahillatun yang artinya secara harfiah (bahasa) adalah bulan sabit atau bulan yang terlihat pada awal bulan atau layaknya warna putih yang terdapat pada pangkal kuku.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hilal diartikan sebagai bulan sabit, bulan yang terbit pada tanggal 1 bulan Qamariah.

Sosok hilal yang paling muda tampak seperti lengkungan yang sangat tipis dari cahaya bulan, adapun panjang busur lengkung tipis bulan tersebut tergantung pada usia hilal, semakin muda usia hilal maka semakin pendek lengkung busur hilalnya.

Kemunculan hilal didahului dengan terjadinya ijtimak. Secara astronomis ijtimak memvisualkan bulan dan matahari pada kedudukan bujur ekliptika yang sama atau dengan istilah yang familiar sehari-hari matahari, bumi dan bulan terdapat pada satu sisi atau garis yang sama. Dalam surat Al Baqarah ayat 189,

يسألونك عن الأهلة أن هي مواقيت للناس والحج وليين البر بأن تَأْتُوا البُيُوتَ مِنْ ظهورها ولكن البر من القى وأنوا الثبوت من أبوابِهَا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."

Adapun asbabun nuzul ayat ini terdiri dari beberapa sebab, di antaranya:

Pertama, Dari Ibnu Abbas bahwa "Mu'ad bin Jabal dan Tsa'labah bin Ghamaimah (keduanya merupakan sahabat dari Anshar) suatu ketika bertanya kepada Rasulullah saw.: mengapa hilal terlihat kecil seperti benang kemudian bertambah semakin besar perlahan, sehingga bundar bulat (purnama), kemudian menjadi berkurang-berkurang menyusut kembali seperti semula, keadaan itu tidak seperti matahari yang selalu tampak beperti bulatan sempurna. Sedangkan dalam riyawat lain seorang yahudi bertanya tentang hilal maka turunlah ayat tersebut."

Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka memasuki rumah dari belakang bukan dari depan. hal ini ditanyakan pula oleh Para sahabat kepada Rasulullah saw, maka diturunkanlah ayat ini.

Kedua, Dari Ibnu Abu Khatim dengan melihat dari tata cara kebiasaan Ibnu Abbas dalam melihat bulan. Menyatakan bahwa "pada suatu waktu bertanyalah kaum muslimin kepada Rasulullah saw. tentang hilal. Kemudian turunlah ayat ini untuk menjelaskan pertanyaan kaum muslimin tersebut tentang makna dan hikmah hilal. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abu Hatim dari Abu Aliyah, berkata Abu Aliyah bahwasanya kami pernah menemui kaum muslimin dan mereka berkata kepada Rasullullah saw.: ya Rasulullah, bahwasannya Hilal belum terjadi, maka turunlah ayat ini."

Ketiga, Diceritakan bahwa "Mu'ad bin Jabal berkata: Wahai Rasulullah saw. sesungguhnya orang-orang Yahudi sering bergaul dengan kami dan mereka sering bertanya kepada kami tentang hilal (bulan sabit): mengapa bulan sabit itu pada awalnya tampak kecil, kemudian bertambah besar sedikit demi sedikit, sehingga sempurna dan bulat. Setelah itu, bulan berkurang dan menyusut kembali hingga seperti sediakala? Allah Swt. kemudian menurunkan ayat ini.

Sedangkan dalam riwayat lain diceritakan bahwa sebab diturunkannya ayat tersebut adalah pertanyaan yang diajukan oleh sekelompok orang dari kaum muslimin kepada Rasulullah saw. tentang bulan sabit serta faktor apa yang menyebabkan bulat sabit muhaq dan sempurna.

Muhaq maksudnya kurang dan hilang keberkahannya. Muhaq juga mengandung arti bulan tertutup pada dua malam pertama sehingga tidak dapat terlihat baik pada pagi maupun sore hari, tiga hari pertama dalam satu bulan juga disebut muhaq.

Di sisi lain memiliki perbedaan dengan matahari. Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Abbas, Qatadah dan ar-Rubai."

Apa yang dikatakan al-ahillah "bulan sabit" pada ayat tersebut dalam perspektif astronomi tidak lain adalah bagian dari pada fase-fase bulan atau dalam bahasa inggris dikenal dengan crescent atau disebut juga dengan istilah new moon. Dengan perkataan lain, hilal adalah bagian dari pada wujud semu di antara fase-fasenya, yang di alami oleh bulan selama beredar mengitari bumi dan bersamaan dengan bumi mengitari matahari. Sehingga dapat ditarik suatu titik temu bahwa perubahan bentuk semu bulan adalah bagian dari pada berubahnya waktu dipermukaan bumi.