1

Sementara, Umar bin Khattab pada masanya menganjurkan kepada umat Islam agar berjamaah sebanyak 20 rakaat tetapi dengan bacaan yang lebih singkat.

Karena itu, umat Islam yang mengerjakan sholat Tarawih dengan delapan rakaat maupun 20 rakaat sama-sama diperbolehkan. “Yang mana pun yang Anda lakukan dapat dibenarkan. Meninggalkan sholat Tarawih pun bukan suatu dosa, hanya sayang jika diabaikan,” kata M Quraish.

Sementara itu, Buya Hamka dalam bukunya yang berjudul Tuntunan Puasa, Tarawih, & Sholat Idul Fitri mengungkapkan pendapat para ulama tentang perbedaan jumlah rakaat sholat tarawih.

Misalnya, Imam Malik mengatakan dalam al-Muwaththa, menurut riwayat yang beliau terima dari Yazid bin Rumah, di zaman Umar bin Khattab kaum muslimin melaksanakn sholat Tarawih bulan Ramadhan dengan 23 rakaat. Kemudian, Muhammad bin Yusuf yang diterimanya dari Sa’ib bin Yazid, mengatakan jumlah rakaat sholat Tarawih adalah 11 rakaat.

Menurut Muhammad bin Nashar, dari Muhammad bin Yusuf, 21 rakaat. Sedangkan menurut Muhammad bin Nashar diterimanya dari Atha, adalah 20 rakaat dan ditambah Witir tiga rakaat, menjadi 23 rakaat.

Selain itu, berdasarkan riwayat dari Muhammad bin Nashar dan dari Dawud bin Qais dia berkata, “Aku mendapati manusia di zaman pemerintahan Amir Than bin Utsman dan Umar bin Abdul Azis, yaitu di Madinah, sholat Tarawih 26 rakaat, ditambah Witir tiga rakaat, jadi 29 rakaat.”

Masih banyak pendapat ulama lainnya yang diuraikan Buya Hamka. Menurut dia, meskipun amalan Rasulullah SAW yang diriwayatkan Aisyah menyebut 11 rakaat dengan witir atau ada riwayat yang menyatakan bahwa di zaman Umar bin Khattab 23 rakaat dengan witir, ada juga yang 21, 24, 36, 41, dan 49 rakaat tambah witir.