REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Jika zakat dan sedekah di Indonesia bisa ditunaikan dengan jenis komoditas beras, beda halnya di zaman Nabi Muhammad SAW. Ternyata jenis zakat fitrah di masa Nabi bukan berupa beras dan uang, melainkan gandum dan kurma.
Dalam sebuah hadis disebutkan, "Faradha Rasululullahi SAW zakaatal-fithri min Ramadhaana alannaasi shaa'an min tamrin aw shaa'an min syi'irin ala kulli hurrin aw abdin dzakarin aw untsa minal-Muslimin,".
Yang artinya, "Rasulullah SAW memfardhukan zakat fithrah bulan Ramadhan kepada manusia sebesar satu shaa kurma, yaitu kepada setiap orang merdeka, budak, laki-laki, dan perempuan dari orang Muslim,".
Ustaz Ahmad Sarwat dalam buku Mengenal Lebih Dekat Kehidupan Zaman Nabi SAW menjelaskan, bahwa gandum dan kurma dijadikan komoditi yang dizakatkan karena merupakan makanan pokok bangsa Arab. Beda halnya seperti yang terjadi di Indonesia, di mana makanan pokoknya berupa beras.
Dalam hadis lainnya disebutkan, "Addu an kulli hurrin wa abdin shaghirun aw kabirin nishfa shaa'in min burrin aw shaa'an min tamrin aw sya'irin,". Yang artinya, "Bayarkan untuk tiap-tiap orang yang merdeka, hamba, anak kecil, atau orang tua berupa setengah sha burr, atau satu sha kurma atau tepung sya'ir,".
Dalam hadis lainnya juga disebutkan, "Kunna nukhriju zakatal-fithri idz kaana fiina Rasulullahi SAW shaa'an min tha'amin aw shaa' min tamrin aw shaa'an min syi'irin aw shaa'an min zabibin aw shaa'an min aqithin falaa azaal ukhrijuhu kama kuntu,".
Yang artinya, "Kami mengeluarkan zakat fithrah ketika dahulu Rasulullah bersama kami sebanyak satu shaa tha'am (hinthah), atau satu shaa kurma, atau satu sha sya'ir, atau satu sha zabib, atau satu sha aqith. Dan aku terus mengeluarkan zakat fithrah sedemikian itu selama hidupku,".