Kiai Cholil Ajak Muslim Jadikan Ramadhan Sebagai Madrasah Insaniyah

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 09 Mar 2023 19:45 WIB

Ketua Komisi Dakwan dan Pengembangan MUI Cholil Nafis. Kiai Cholil Ajak Muslim Jadikan Ramadhan Sebagai Madrasah Insaniyah Foto: Republika/Putra M. Akbar Ketua Komisi Dakwan dan Pengembangan MUI Cholil Nafis. Kiai Cholil Ajak Muslim Jadikan Ramadhan Sebagai Madrasah Insaniyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam hitungan beberapa hari, Muslim di seluruh dunia akan bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan. Di bulan penuh keutamaan ini, Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis mengajak agar memanfaatkannya sebagai madrasah insaniyah.

"Mari kita jadikan bulan Ramadhan, terlebih bagi yang menjalankan umroh Ramadhan, sebagai madrasah insaniyah. Sebagai training kemanusiaan," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (9/3/2023).

Baca Juga

Ia menyebut bulan Ramadhan bisa menjadi pengingat bagi setiap insan, bahwa nanti saat meninggal tidak akan membawa apa-apa. Manusia yang meninggal hanya akan membawa kain kafan ke liang kuburnya.

Tidak hanya itu, Kiai Cholil juga menyebut bekal yang dibawa manusia ke alam kematian adalah kebaikan yang selama ini diperbuat saat hidup. Bekal ini bukan berupa uang ataupun harta.

"Semua menjadi bernilai, manakala dosa-dosa kita diampuni Allah SWT. Sehingga, timbangan kita hanya yang baik saja, karena yang buruk telah diampuni oleh Allah SWT," ujar Kiai Cholil.

Seperti yang kita ketahui, bulan Ramadhan adalah bulan penuh pahala dan keutamaan. Ulama besar dan ahli tafsir Universitas Al-Azhar, Syekh Muhammad Mutawalli al-Sya'rawi, menjelaskan untuk mengetahui keutamaan bulan Ramadhan merujuk pada Surat Al-Baqarah ayat 185.

Allah SWT berfirman, "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."

Selain surat tersebut, Syekh al-Sya'rawi juga merujuk pada surat Al-Hasyr ayat 21. Allah SWT berfirman, "Kalau sekiranya Kami turunkan Alquran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir."

Syekh al-Sya'rawi menyebut, kata 'tunduk' dalam ayat tersebut bermakna ada di dalam ketundukan, kekalahan dan kejatuhan. Artinya, Alquran diturunkan dalam situasi demikian, dan umat Muslim harus menerimanya.

"Kemudian Allah SWT meminta kita untuk menghormati peristiwa turunnya Alquran dan menerimanya dengan berpuasa," ucap dia.